Sukses

Alasan Perlambatan Ekonomi China Bikin Cemas Negara Lain

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi China ini ternyata dapat berdampak cukup signifikan pada sejumlah negara lain. Apa alasannya?

Liputan6.com, Beijing - Pemerintah China mengumumkan ekonomi negaranya hanya tumbuh 7 persen pada kuartal-I 2015 setelah sempat menikmati pertumbuhan double digit hingga 14,2 persen.

Lembaga keuangan global International Monetary Fund (IMF) bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi China akan melambat ke level 6,8 persen tahun ini dan 6,3 persen pada 2016 setelah tahun lalu hanya tumbuh 7,4 persen.

Perlambatan laju pertumbuhan ekonomi China ini ternyata dapat berdampak cukup signifikan pada sejumlah negara lain. Apa alasannya?

Melansir data yang dihimpun BBC.com, Jumat (8/5/2015), perlambatan ekonomi China dapat menyebabkan rendahnya permintaan minyak ke negara lain. Tak hanya aktif melakukan ekspor, China juga melakukan kegiatan impor dengan jumlah yang sangat tinggi.

Itulah salah satu alasan mengapa perlambatan ekonomi China ikut berdampak pada banyak negara lain di dunia.

Saat ini China merupakan importir barang dan jasa komersil terbesar ke dua di dunia. China juga merupakan tujuan ekspor terbesar untuk Thailand, dan tujuan kedua terbesar bagi ekspor Indonesia, Afrika Selatan, Brasil dan Jepang.

Tak lama lagi, Brasil dan Jepang akan menjadikan China sebagai tujuan ekspor utama. Sementara bagi Uni Eropa, China kini menjadi tujuan ekspor ketiga dunia. China juga menjadi salah satu destinasi ekspor terbesar bagi Inggris dan AS.

China juga memiliki peran penting sebagai pembeli minyak dan komoditas lain dan perlambatan ekonomi telah menjadi faktor penurunan harga dari salah satu barang tersebut.

Jadi, meskipun pertumbuhan moderat China merupakan hal positif dalam jangka panjang, kondisi ini memiliki dampak panjang pada beberapa negara khususnya eksportir komoditas. Selain itu, ada juga kemungkinan ketidakstabilan finansial di China. Sejak krisis finansial, utang China telah meningkat dengan sangat cepat.

Laporan terbaru IMF secara spesifik menyebutkan kekhawatiran mengenasi pasar properti dan bagaimana dampaknya pada perusahaan yang masuk ke bisnis tersebut. (Sis/Ndw)

Video Terkini