Sukses

Ini Penyebab Ekonomi RI Hanya Tumbuh 4,7%

BPS melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen.

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statisitik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2015 mencapai 4,71 persen secara tahunan (year on year/yoy), atau turun dibandingkan kuartal I 2014 sebesar 5,21 persen.

Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus mengatakan, lambatnya pertumbuhan ekonomi ini salah satunya disebabkan oleh konsumsi masyarakat yang relatif rendah dibanding periode sebelumnya.

"Semua komponen pengeluaran rumah tangga melambat. Hanya pengeluaran untuk makanan dan minuman, serta perumahan yang tidak melambat," ujarnya di Kantor Indef, Jakarta, Jumat (8/5/2015).

Firdaus mengungkapkan, rendahnya tingkat konsumsi rumah tangga ini disebabkan oleh depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), yang berdampak pada melonjakan harga barang kebutuhan pokok.

Hal ini semakin diperberat dengan kenaikan komponen lain seperti harga bahan bakar minyak (BBM), tarif listrik dan harga elpiji.

"Ini dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi untuk menjustifikasi setiap kenaikan harga. Itu kan komoditas yang pemerintah punya kendali mengatur harganya. Pemerintah justru tidak melakukan itu, dan ini memicu peningkatan harga lainnya," lanjutnya.

 

Ilustrasi pertumbuhan Ekonomi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Selain itu, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I ini juga dinilai akibat dari realisasi belanja pemerintah yang masih kecil, yaitu hanya sekitar 2,52 persen dari pagu APBN-P 2015. Padahal periode yang sama tahun lalu, realisasi belanja modal tembus di angka Rp 12,34 triliun atau 6,69 persen dari pagu APBN 2014.

"‎Penyebabnya, lambatnya persiapan administrasi kelembagaan sejumlah kementerian. Seperti penggabungan kementerian, lelang jabatan. Jadi di internal sendiri yang menghambat realisasi penyerapan anggaran. Itu membuat proyek pembangunan infrastruktur tertunda," jelas dia.

Kemudia, kondisi ini juga semakin diperparah dengan buruknya kinerja ekspor Indonesia. Meskipun neraca perdagangan pada kuartal I surplus, namun itu lebih disebabkan karena impor yang turun menjadi 15,‎1 persen dan bukan disebabkan oleh peningkatan ekspor nasional.

"Ini (penurunan ekspor) implikasi dari lambatnya hilirisasi komoditas kita. Belum ada basis manufaktur yang bisa kita andalkan untuk tingkatkan ekspor," tandasnya. (Dny/Ndw)