Liputan6.com, Jakarta - Status Indonesia sebagai negara penghasil karet alam terbesar ternyata tidak sesuai dengan tingkat penggunaan karet di dalam negeri. Kenyataan tersebut berbeda dengan di beberapa negara lain seperti Malaysia, China dan India. Maka tak heran jika para petani Indonesia iri pada negara tetangga yang industrinya mampu menyerap 40 persen karet alam untuk diolah dalam proses produksi.
"Indonesia produsen karet terbesar tapi hanya terserap 18 persen. Makanya saya tantang industri ban, sarung karet, komponen elektronik, otomotif untuk menaikkan hingga sama-sama 40 persen," ujar Menteri Perindustrian Saleh Husin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Senin (11/5/2015).
Jika industri bisa meningkatkan serapan ini, lanjut dia, dapat dijadikan bukti pelaksanaan komitmen mereka terhadap perbaikan nasib petani karet. "Jadi, jangan hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar produk industri, tapi harus turut menyejahterakan pelaku produksi karet di hulunya, di kebun-kebun," lanjutnya.
Menurut Saleh, produk karet merupakan salah satu jenis industri yang bertumpu pada kekuatan potensi sumber daya alam sehingga mampu mendukung pembangunan nasional.
Dia mencatat, saat ini produksi karet alam di Indonesia melebihi 3 juta ton per tahun dan akan terus ditingkatkan lagi mengingat potensi lahan yang ada mencapai 3,5 juta hektar.
"Industri karet menjadi sektor prioritas karena pertimbangan besarnya potensi lahan yang akan mendukung pemenuhan kebutuhan bahan baku industri barang-barang karet untuk jangka panjang," katanya.
Sejauh ini, meski serapannya belum maksimal, industri pengguna karet alam di Indonesia sebesar 55 persen dimanfaatkan oleh industri ban, 17 persen industri sarung tangan dan benang karet, 11 persen industri alas kaki, dan 9 persen industri barang-barang karet lainnya. (Dny/Gdn)
Menperin Minta Industri Lokal Serap 40% Hasil Karet Nasional
Produksi karet alam di Indonesia melebihi 3 juta ton per tahun dan akan terus ditingkatkan.
Advertisement