Liputan6.com, Jakarta - Pembangunan sumber energi yang tidak merata di Indonesia membuat sebagian wilayah tak teraliri listrik. Dengan kondisi tersebut, Gubernur Kalimantan Barat (Kalbar) Cornelis mengatakan, sebagian daerah yang dipimpinnya masih mengimpor listrik dari negara tetangga, Malaysia.
"Kebetulan listrik kita belum memenuhi kepentingan rakyat. Jadi alur perbatasan itu karena di Sarawak itu kelebihan listrik. Jadi dibeli untuk wilayah perbatasan," kata dia di Jakarta, seperti ditulis Selasa (12/5/2015).
Baca Juga
Dia menuturkan, impor listrik merupakan kondisi yang mendesak atau mau tak mau mesti dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dia bilang, setidaknya sebanyak 5 kabupaten masih impor listrik.
Advertisement
"Rakyat bisa pakai yang penting. Paling dekat dengan Sarawak. Ada sekitar lima kabupaten itu berbatasan dengan Sarawak, Malaysia," ujar Cornelis.
Pihaknya mengatakan tak mengetahui secara pasti harga listrik tersebut. Namun, dia bilang listrik yang dibeli lumayan terjangkau bagi masyarakat. "Secara rinci saya tidak ingat, tapi yang jelas masih terjangkau untuk masyarakat kita," kata Cornelis.
Dengan kondisi demikian, dia berharap pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dapat merealisasikan sumber pembangkit listrik. "Kita harapkan dengan Presiden baru pembangunan dalam lima tahun bisa direalisasikan. Karena dua tahun terakhir sudah ada beberapa yang jalan," tandasnya.
Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) menargetkan proyek pembangkit listrik 35 ribu Mega Watt (MW) dalam lima tahun masa pemerintahannya. Langkah ini dilakukan untuk mencegah Indonesia mengalami krisis listrik.
Kepala Pusat Komunikasi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Saleh Abdurahman mengatakan, program 35 ribu MW ini merupakan salah satu program unggulan dalam rangka mencapai salah satu sasaran Nawa Cita yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis terutama kedaulatan energi. (Amd/Ahm)