Sukses

Menristek: Jika Nuklir Berbahaya, AS dan Jepang Sudah Hancur

Kementerian Ristek dan Dikti siapkan Rekayasa Daya Eksperimen reaktor nuklir untuk edukasi yang hasilkan listrik 30 MW di Serpong.

Liputan6.com, Jakarta - Kendala pembangunan reaktor nuklir di Indonesia hanya satu, yakni ketakutan masyarakat terhadap bahaya teknologi tersebut. Lantaran masyarakat berkaca pada meledaknya reaktor nuklir listrik akibat gempa dan tsunami hebat yang melanda Jepang pada Maret 2011.

Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, M Nasir mengungkapkan, ‎pembangunan reaktor nuklir secara komersial di Indonesia masih sebatas wacana. Hanya saja, Kementerian Ristek dan Dikti tengah menyiapkan Rekayasa Daya Eksperimen (RDE) reaktor nuklir untuk edukasi yang menghasilkan listrik 30 Mw di Serpong.

Dalam membangun RDE untuk edukasi, lanjutnya, Kementerian Ristek dan Dikti belajar dari Jepang, Korea Selatan, Rusia, Finlandia dan Jerman. Saat ini masuk uji tapak di 2015, dan proses pembangunan pada tahun depan sehingga diharapkan mulai commisioning pada 2018.

"Kami sudah lapor ke Presiden Jokowi. Satu reaktor akan digunakan untuk kesehatan dan pangan, serta reaktor kedua dimanfaatkan untuk kepentingan energi‎," papar Nasir usai Rakor Inkubator Kewirausahaan di Kantor Kemenko Bidang Perekonomian, Jakarta, Selasa (12/5/2015).

Nasir menjelaskan, permasalahan yang menyebabkan kendala pembangunan nuklir adalah ketakutan dan kekhawatiran masyarakat atas bahaya teknologi tersebut jika diterapkan di Indonesia.

"Sebenarnya tidak ada apa-apa (bahaya). Kalau bahaya, Amerika Serikat sudah tenggelam, Jepang dan Prancis sudah hancur. Sekarang semua negara sudah pakai nuklir, begitu pula di Finlandia. Uni Emirat Arab saja yang punya tambang minyak besar siap membangun 4 reaktor nuklir dan diharapkan selesai pada 2020," terang dia. (Fik/Ahm)