Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akhirnya memutuskan untuk menghentikan seluruh kegiatan dan melakukan likuidasi terhadap anak usahanya yaitu PT Pertamina Enery Trading Ltd (Petral) mulai Rabu (13/5/2015). Pengamat energi memandang sebenarnya langkah tersebut tidak perlu dilakukan oleh Pertamina.
Pengamat Energi Yusri Usman mengatakan, ada langkah yang lebih bijaksana dibanding dengan membubarkan yaitu Petral tetap dipertahankan namun kantor operasional dipindahkan ke Indonesia. "Sebenarnya dari dulu harusnya ditarik saja ke sini. Di sini kan bisa dikontrol semuanya," ujarnya saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Kamis (14/5/2015).
Jika pun harus dibubarkan, lanjut dia, seharusnya Pertamina terlebih dahulu melakukan audit investigasi karena selama ini ditengarai banyak mafia minyak dan gas (migas) yang memanfaatkan keberadaan Petral. "Ini diumumkan bubar, tapi baru diaudit belakangan. Harusnya kemarin sebelum dibubarkan itu diaudit," lanjut dia.
Yusri melanjutkan, selama ini sebenarnya bukan Petral yang dikabarkan banyak ditungganig oleh mafia, tetapi anak usahanya yaitu Pertamina Energy Services (PES) Pte Limited yang berkantor di Singapura dan menjalankan kegiatan jual-beli minyak.
"Petral ini kan ada dua, Di Hong Kong dan Singapura. Anak perusahaan Pertamina itu Petral Hong Kong, yang di Singapura itu cucunya. Selama ini yang aktif cucunya. Dari laporan keuangan memang menguntungkan tapi diisukan di sana ada mafia migas. Tapi kan tidak jelas, kalau ada temuan kenapa tidak dilaporkan ke KPK atau Polri," jelasnya.
Selain itu menurut Yusri, sebenarnya tidak sulit bagi pemerintah untuk mencari tahu keberadaan mafia di dalam tubuh Petral, yaitu dengan melihat pemenang tender pembelian minyak dalam kurun waktu tertentu. "Sekarang diaudit saja siapa yang sering menang tender di sana. Kalau dianggap ada mafia nanti akan ketahuan," tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno mengatakan, proses likuidasi Petral ditargetkan selesai paling lambat pada April tahun depan. "Bahwa proses likuidasi ini kami minta pada direksi selambat-lambatnya April tahun depan," ujar Rini di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta.
Dia menjelaskan, likuidasi yang dilakukan oleh Pertamina terhadap anak usahanya tersebut merupakan proses likuidasi total. Jadi semua aset yang dimiliki oleh Petral dan anak perusahaannya menjadi milik Pertamina sepenuhnya. "Likuidasi dilakukan secara total sehingga aset akan dipindakan ke Pertamina," lanjutnya.
Rini mengatakan, selain melakukan proses likuidasi, Pertamina juga akan melakukan audit investigasi terhadap Petral. Hal ini bertujuan untuk melihat apakah ada pelanggaran hukum yang dilakukan Petral selama beroperasi. "Tetapi kami juga ingatkan bukan hanya proses likuidasinya tetapi proses audit investigasinya harus selesai dan hasilnya dibuka secara transparan," kata dia.
Selain itu, dia juga menegaskan Pertamina tidak akan membentuk anak usaha baru sebagai pengganti Petral. Nantinya kegiatan ekspor impor minyak yang biasa dilakukan oleh Petral akan dilakukan langsung oleh Pertamina melalui PT Pertamina Intregrated Supply Chain (ISC). "Tidak ada pemikiran sekarang ini untuk men-set up perusahaan baru pengganti Petral," tandasnya. (Dny/Gdn)
Petral Tak Perlu Dibubarkan
Semua aset yang dimiliki oleh Petral dan anak perusahaannya menjadi milik Pertamina sepenuhnya.
Advertisement