Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri acara Jambore Komunitas Juang Relawan Jokowi yang diadakan di Bumi Perkemahan Pramuka, Cibubur, Jakarta Timur, Sabtu (16/5/2015).
Pada acara ini, Jokowi menyampaikan hal-hal yang menjadi tantangan dan hambatan yang dihadapi selama tujuh bulan menjabat sebagai Presiden Indonesia.
Hal pertama yang diceritakan Jokowi yaitu saat dirinya harus memutuskan untuk mengurangi subsidi yang otomatis membuat kenaikan harga BBM bersubsidi.
Baca Juga
Jokowi mengaku keputusan sulit harus diambil, lantaran pencabutan subsidi membuat harga BBM naik. Sementara masyarakat telah termanjakan dengan subsidi BBM.
"Tentu saja bapak ibu juga lihat, pertama yang berkaitan dengan ekonomi, memang dalam sekian tahun lalu, kita ini termanjakan dengan subsidi BBM. Padahal, itu adalah sebetulnya sebuah anggaran yang besar sekali, setahun bisa makan Rp 300 triliun hanya untuk subsidi, sudah berlangsung bertahun-tahun," ujar Jokowi di hadapan ratusan relawannya.
Pengurangan subsidi BBM dikatakan harus dilakukan pemerintah untuk mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup lebih produktif. "Kenapa itu kita pangkas, kita alihkan ke tempat-tempat produktif, karena kita tidak mau masyarakat kita yang konsumtif, kita nggak sadar padahal kita gunakan BBM, padahal BBM pakai APBN dan itu berasal dari hutang luar negeri," tegas dia.
Walau banyak menimbulkan protes dari berbagai kalangan, Jokowi akhirnya tetap memutuskan untuk menaikkan harga BBM diawal-awal masa pemerintahannya.
Advertisement
Ia menyadari kebijakan tersebut membuat popularitasnya sebagai presiden turun. Namun, hal tersebut tidak membuat Jokowi merubah keputusannya.
"Saya diingatkan, Pak Jokowi, kalau ini alihkan hilangkan subsidi, berarti popularitas anda jatuh. Saya pikir itu resiko. Jadi jangan dipikir Jokowi penakut, itu yang perlu dicatat. Saya tahu banyak yang maki-maki saya saat buat keputusan itu, yang maki-maki itu memang belum tahu arahnya kemana," ujar dia.
Dalam kesempatan itu, Jokowi meminta agar masyarakat mengerti dan memahami keputusan tersebut. Ia memahami, kenaikan harga BBM membuat masyarakat risau. Namun, Jokowi menekankan, kebijakan yang dibuat pemerintah untuk membuat masyarakat semakin produktif dan tidak ketergantungan terhadap utang luar negeri.
"Ya memang sakit, perubahan itu pasti dimulai dengan hal-hal yang sakit. Merubah sesuatu yang nyaman, jadi tidak nyaman itu membang membutuhkan waktu, tapi kedepan jadi produktif membutuhkan kekuataan menderita seperti itu," ucapnya. (Luq/Nrm)