Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo menerima kunjungan dari Asosiasi Industri Rekaman Indonesia (Asiri) dan Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia, pada Senin (18/5/2015). Di hadapan para penyanyi, Jokowi mengaku masih banyak mafia di Indonesia, tidak hanya mafia hak cipta karya seniman, namun mafia-mafia baik di sektor lainnya seperti mafia migas dan mafia sembako.
Jokowi menjelaskan, banyaknya mafia tersebut karena pemerintah kurang tegas dalam menjalankan komitmennya untuk menindaknya secara hukum. Salah satunya mafia di bidang maritim.
"‎Banyak yang sampaikan kepada saya yang berkaitan pertama misalnya masalah illegal fishing, karena sudah bertahun-tahun orang anggap itu biasa, di depan mata kita setiap hari tujuh ribu kapal asing gerak di perairan kita dianggap biasa," papar Jokowi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (18/5/2018).
Tak hanya itu, dikatakan Jokowi, persoalan yang banyak orang menganggap biasa juga terjadi dalam hal narkoba. Kurang aktifnya para aparat negara dalam menindak para pelaku narkoba menjadi ancaman mengerikan bagi Indonesia yang saat ini mencatat‎ 18 ribu orang kecanduan narkoba.
‎Diceritakan Jokowi, mafia juga tak kalah banyak di sektor minyak dan gas (migas). Ini menjadi masalah bertahun-tahun yang hingga saat ini Jokowi akui sulit untuk memberantasnya.
‎"Beras juga sama, karena cara paling cepat untuk memberikan harga terjaga itu paling baik dengan impor, itu yang kendalikan siapa, bermain siapa, itu juga ada mafianya‎," kata Jokowi.
Namun begitu, di era pemerintahannya, Jokowi memberikan komitmen untuk meningkatkan kinerja para aparat negara dalam menindak tegas para mafia tersebut.
Untuk itu dirinya menyampaikan kepada para penyanyi untuk akan menindak tegas para pelaku pembajakan layaknya para mafia ‎di sektor-sektor yang telah disebutkannya. (Yas/Gdn)
Di Hadapan Para Penyanyi, Jokowi Curhat Soal Mafia di Indonesia
Jokowi memberikan komitmen untuk meningkatkan kinerja para aparat negara dalam menindak tegas para mafia.
Advertisement