Sukses

Didi Petet Ditipu Mafia Italia di Expo Milano, Ini Kata Kemendag

Dirjen PEN Kemendag, Nuz Nuzulia menyatakan, kendala paviliun kosong di World Expo Milano bukan dialami Indonesia tetapi juga Malaysia.

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) membantah isu yang berhembus berbagai kendala yang dihadapi penyelenggara paviliun Indonesia untuk World Expo Milano 2015 yakni Almarhum Didi Petet akibat permainan licik pengusaha Italia.

"Tidak ada mafia perdagangan Italia," tegas Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kemendag, Nuz Nuzulia Ishak saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Selasa (19/5/2015).

Nuz mengakui, pada H-2 pembukaan Expo Milano, barang atau produk Indonesia yang akan dipamerkan dalam pameran tersebut tertahan di Pabeanan setempat.

"Jadi Pabean di sana tidak fleksibel sama sekali, Sabtu-Minggu saja tutup. Kendala lain dalam pengeluaran barang-barang display," keluh dia.

Penyelenggara yakni Event Organizer milik Almarhum Didi Petet baru bisa mengeluarkan barang tersebut pada 6 Mei atau hampir sepekan setelah pameran berlangsung setelah sebelumnya harus melewati berbagai rintangan, di antaranya aksi pembakaran, dan isu bom.

"H-2 Ini pengaruhnya ke keamanan dari seluruh paviliun. Dijaganya sampai kayak mau perang. Kita mau masuk H-1 saja susahnya bukan main, jadi benar-benar ditutup," tutur Nuz.

Akhirnya, sambung dia, penataan produk atau barang-barang Indonesia dibiarkan seadanya. Tak heran bila saat pembukaan Expo Milano 1 Mei 2015, paviliun Indonesia sepi dari pengunjung.

Menurut Nuz, kerusuhan maupun isu bom terjadi karena tidak terlepas dari penolakan masyarakat setempat terhadap Expo Milano. Lantaran, kata dia, ekonomi Italia sedang lesu sehingga industri dalam negeri harus dijaga dari gempuran produk impor termasuk Indonesia.

"Tapi Italia sudah berkomitmen menjadi tuan rumah Expo Milano, jadi harusnya bisa memudahkan peserta dari negara lain yang sudah berpartisipasi. Apalagi Indonesia diajak untuk berperan serta, tapi kenyataannya malah dipersulit," kata dia.

Kendala paviliun yang kosong, kata Nuz, bukan saja menimpa Indonesia. Bahkan kesulitan ini pun harus dihadapi Malaysia yang baru membuka paviliun pada 6 Mei 2015 atau sepekan setelah pembukaan. "Beberapa negara juga baru minggu depannya buka paviliun," ucapnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Didi Petet selaku event organizer (EO) paviliun Indonesia di World Expo Milano dikabarkan ditipu mitra lokalnya di Italia dengan membawa sejumlah uang, sehingga barang atau produk display tertahan di Pabeanan.  

Didi Petet mengurus segala hal berkaitan dengan pameran yang berlangsung selama enam bulan sejak 1 Mei-31 Oktober 2015. Selain itu, Didi dikabarkan mengalami kendala untuk mengerjakan agenda tersebut. Ia harus mencari sponsor sendiri.

2 dari 3 halaman

Jumlah Pengunjung Pavilion World Expo Milano

Jumlah Pengunjung Pavilion World Expo Milano 2015

Berdasarkan data yang diterima Liputan6.com, jumlah pengunjung paviliun Indonesia di acara World Expo Milano 2015 itu terus mencatatkan kenaikan. Pada 16 Mei 2015, total pengunjung meningkat menjadi sebanyak 12.392 orang  dibandingkan awal Mei 2015 sekitar 2.950 orang.

Adapun dari jumlah pengunjung itu sekitar 539 pengunjung menggunakan media oculus. Media ini menampilan inovasi teknologi hasil karya anak bangsa dalam sebuah dunia virtual reality.

Pada area ini, para pengunjung merasakan experiencing of Indonesia melalui media oculus rift yang memberikan gambaran tentang Indonesia sehingga para pengunjung seolah merasakan pengalaman langsung seperti sedang berada di Indonesia.

Dalam paviliun Indonesia ini dibagi dalam lima zona yaitu zona Indonesia Hari ini, zona pangan, zona energi, zona maritim dan zona budaya. Selain itu, untuk memaksimalkan program ini, ada juga kegiatan pemasangan iklan sebagai Promosi Paviliun Indonesia di berbagai alat transportasi umum di Milan seperti bus, trem dan spot iklan di subway. Diharapkan target pengunjung pavilion World Expo Milano dapat mencapai 2 juta orang.

3 dari 3 halaman

Klarifikasi Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf

Klarifikasi Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf

Simpang siurnya berita keterlibatan Didi Petet sebagai Event Organizer di World Expo Milano membuat Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf, yang berteman dekat dengan almarhum (Alm) Didi Petet buka suara.

Berikut komentar Triawan tentang Didi Petet dan Expo Milan, yang diposting pada Sabtu 16 Mei 2015 malam, untuk menanggapi sebuah tulisan yang menyebut kegagalan Didi Petet di World Expo Milano tersebut:

Pertama-tama, perlu saya jelaskan bahwa penyenggaraan Paviliun Indonesia di Milan ini sepenuhnya oleh swasta yaitu atas inisiatif almarhum Didi Petet sendiri dengan mengatasnamakan Koperasinya. Menurut informasi, perlu diketahui bahwa penyelenggaraan Expo sebelumnya pada 2010 di Shanghai, pemerintah mengeluarkan biaya lewat APBN sebesar antara Rp 250M-300M.

Kira-kira mendekati akhir tahun 2014, saya dihubungi oleh Alm yang meminta saran-saran untuk dapat menghimpun sponsor-sponsor yang dibutuhkannya mengingat Expo di Milan ini akan dimulai beberapa bulan lagi tapi belum ada SATU PUN sponsor yang menyatakan bersedia berpartisipasi.

Rupanya, awal dari semua ini adalah ketika Almarhum mendengar bahwa pemerintah (masih pemerintah SBY) memutuskan untuk tidak ikut dalam Expo di Milan 2015. Almarhum mengajukan diri (kepada Menteri Marie Pangestu waktu itu) untuk mengambil alih penyelenggaraan dan pendanaannya secara swasta.

Banyak pekerjaan arsitektur dan konstruksi yang sudah kejar-kejaran dengan kondisi pendanaan yang hampir tidak ada. Di saat-saat kritis itu datang pertolongan dari seorang pengusaha swasta yang meminjamkan dana bridging sebesar 4-5 milyar rupiah. Dana ini hanya mencukupi bagi pembiayaan awal saja. Sedangkan Expo Milan 2015 ini nantinya akan berjalan selama 6 bulan dari 01 Mei 2015 sampai 31 Oktober 2015, yang tentunya akan memerlukan banyak biaya untuk menjalankannya.

Setelah itu saya tidak lagi mengikuti perkembangannya, tapi saya sempat diberitahu oleh almarhum sewaktu masih di Milan sebelum pulang ke Jakarta dalam kondisi sakit, bahwa dana yang terkumpul dari para sponsor dan sudah terpakai itu baru sebesar Rp 34 M dari sekitar minimal Rp 57 M yang dibutuhkan. Hitung-hitungan almarhum pada awalnya diperkirakan dibutuhkan Rp 80 M.

Nah, dalam kondisi pendanaan yang cekak itu lah Expo Milan dibuka pada tgl 01 Mei 2015 dengan segala keterbatasannya. Sejak awal saya selalu bilang kepada almarhum bahwa Expo Milan ini pekerjaan yang telalu besar dan rumit untuk dikerjakan seorang Didi Petet TANPA pendanaan yang jelas ataupun dari pemerintah.

Saya selalu bilang Kang Dipet nekad. Tapi karena merasa sudah merasa tidak bisa mundur lagi Alm tetap saja melaksanakannya.

Dalam usahanya mengetuk pintu-pintu potensi pendanaan, alm juga berhasil memperoleh bantuan teknis dari Kementerian Perdagangan dan juga kesanggupan pengisian acara oleh misalnya Kementerian Koordinator Bidang kemaritiman yang akan mengirimkan ekspedisi Kapalnya dalam rangka The World Ocean Day  bln September nanti di Milan.

Jadi TIDAK BENAR bahwa ada uang negara maupun komitmen APBN yang digunakan oleh kepanitiaan almarhum Didi Petet, yang disebut oleh sdr Derek Manangka dikorupsi dari dana sebesar 'Rp 80 M dan hanya separuhnya cair' itu.

Sebelum alm wafat saya sempat meminta agar alm mengeluarkan statement untuk mengklarifikasi berita yang simpang-siur ini. Namun kondisi kesehatannya terus menurun hingga kita semua kehilangan seorang sahabat dan aktor besar ini dua hari yang lalu.

Tentu saja almarhum merasa tertekan dengan kondisi ini. Apalagi alm membaca dan mendengar berita-berita di media sosial yang di antaranya menuduh adanya korupsi dll. Padahal semua ini karena KURANGNYA PENDANAAN yang bisa dihimpun oleh almarhum.

Saya hanya bisa menyarankan, agar sebelum kita menulis atau menyebarkan sangkaan-sangkaan kita, sebaiknya dicek dan diverifikasi dahulu kepada sumber yang terpercaya Demikian penjelasan dari apa yang saya ketahui tentang sahabat saya alm Didi Petet dan Expo Milan 2015.  (Fik/Ahm)