Sukses

Konsumsi Meningkat, Pertamina Siap Sediakan Pasokan Gas

Penggunaan gas itu untuk sektor ketenagalistrikan dan industri.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) tengah mempersiapkan langkah-langkah strategis untuk mendukung program pemerintah meningkatkan penggunaan gas bumi  naik 120 persen dari 286 juta barel setara minyak (Million Barel Oil Equivalent/MBOE) menjadi 628 MBOE pada 2025.

Direktur Energi Baru Terbarukan PT Pertamina (Persero), Yenni Andayani mengatakan Pertamina dapat berperan penting dalam mewujudkan target bauran energi yang dicanangkan pemerintah. Untuk meningkatkan penggunaan gas tersebut dititik beratkan pada sektor ketenagalistrikan dan industri.

"Bauran energi nasional memerlukan upaya nyata dan terarah, karena tantangan yang dihadapi cukup berat, seperti volatilitas harga minyak dunia, risiko nilai tukar, disparitas harga gas domestik dan LNG dunia," kata Yenni, di Jakarta, Rabu (20/5/2015).

Menteri ESDM Sudirman Said, baru-baru ini mengungkapkan pemerintah menargetkan penggunaan minyak berkurang dari 44,67 persen menjadi 25 persen dari total kebutuhan energi nasional sekitar 2.857 MBOE pada 2025. Adapun, kebutuhan gas akan meningkat dari 286 MBOE menjadi 628 MBOE atau meningkat sekitar 120 persen, yang  65 persen di antaranya akan diserap oleh pembangkit listrik.

Seperti diketahui, PLN sedang mengembangkan pembangkit listrik untuk mensuplai kebutuhan listrik sebesar 35 Giga Watt (GW) pada 2019. 36 persen dari pembangkit listrik tersebut memanfaatkan gas sebagai bahan bakar. Beberapa di antaranya yang sedang berjalan adalah 0,6 GW  pembangkit listrik di Arun dan Batanghari di wilayah Sumatra, Pesanggrahan, Bali dan Bangkanai di Kalimantan.

Untuk mengatasi tantangan dalam mencapai target pemerintah tersebut, Pertamina telah menyiapkan beberapa langkah strategis, baik dari sisi pengelolaan permintaan, pasokan, harga, maupun pengembangan infrastruktur.

Dengan menjaga permintaan di tengah sensitivitas konsumen terhadap harga, blending antara gas domestik yang relatif lebih murah dengan LNG dapat menjadikan harga lebih atraktif dibandingkan opsi bahan bakar lainnya, dengan harga nantinya dapat ditetapkan bervariasi berdasarkan segmentasi atas daya beli, karakter industri, volume, dan contract term.

Di sisi lain, Pertamina dapat berperan sebagai pengumpul atau aggregator dengan kemampuannya mengelola pasokan gas melalui penguasaan portfolio bisnis gas di dalam dan luar negeri, dari hulu ke hilir (gas pipa dan LNG) secara terintegrasi.

Selanjutnya, untuk optimalisasi pemanfaatan infrastruktur Pertamina dapat bersinergi dengan BUMN dan pelaku pasar lainnya untuk memastikan pemanfaatan infrastruktur yang ada secara efisien, di antaranya dengan jalan open access.

"Dengan kemampuan dan reputasi yang dimiliki, Pertamina sesungguhnya telah dapat berperan sebagai aggregator gas secara alamiah di Indonesia yang dapat menjalankan fungsi strategisnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan gas nasional, dengan sektor ketenagalistrikan dan industri sebagai kunci pertumbuhan permintaan gas di masa mendatang," kata Yenni. (Pew/Ahm)