Sukses

DPR Cecar Faisal Basri Soal Kasus Fitnah SBY & Petral

Kisruh antara SBY dengan Menteri ESDM Sudirman Said berbuntut panjang.

Liputan6.com, Jakarta - Tiga anggota Komisi VII DPR mencecar Mantan Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas, Faisal Basri dengan pertanyaan seputar kisruh antara Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said terkait pembubaran Pertamina Energy Trading Ltd (Petral).

Anggota Komisi VII dari Fraksi Partai Golkar, Neni Moernaeni mempertanyakan darimana datangnya kalimat Sudirman yang menyebut rekomendasi pembubaran Petral selalu mentok di meja SBY.

"Apakah yang disampaikan Menteri ESDM adalah rekomendasi dari Tim Tata Kelola Reformasi Migas?" tanya dia di Gedung DPR, Rabu (20/5/2015) malam.

Dalam kesempatan yang sama, Dewi Yasin Limpo dari Franksi Hanura menarik dalam pembahasan serupa. Dia menantang Faisal Basri untuk mengklarifikasi fitnah ini baik dirinya, Menteri ESDM dan SBY.

"Apakah anak usaha BUMN (Petral) bisa sampai ke meja Presiden. Apakah Bapak (Faisal) bersedia bersama Menteri ESDM dan mantan Presiden SBY untuk mengklarifikasinya," terang dia.

Lebih jauh Anggota Komisi VII DPR dari Fraksi Demokrat M. Nasir tidak terima dengan tuduhan yang dilontarkan Menteri ESDM terhadap SBY. Pasalnya, dijelaskan dia, tidak adil menuduh SBY tidak komitmen dalam memberantas mafia migas terutama di Petral.

"Setelah jadi Pertamina Energy Service (PES) 1980, kan ada (mantan Presiden) Habibie, Gus Dur, Megawati dan SBY. Jangan seakan-akan Petral berdiri di zaman SBY," tegasnya.

Dia mempertanyakan soal desakan pembubaran Petral di masa pemerintahan beberapa mantan Presiden RI sebelumnya. Kekesalannya semakin membuncah, saat Nasir mendengar seolah-olah pemerintahan Jokowi yang dapat mengambil kebijakan.

"Apa emang tidak ada desakan bubarkan Petral di Presiden-presiden sebelumnya. Ini biar jelas seakan-akan ada finah buat SBY, apa memang terjadi mafia dan menganggap pemerintahan sekarang Pahlawan karena membubarkan Petral," kelas Nasir.

Sementara itu, Faisal Basri menanggapi hal tersebut. Dia menegaskan, bahwa tidak mungkin ada presiden yang tidak tahu menterinya akan membubarkan Petral.

"Sebenarnya saya enggak dalam posisi yang kredibel untuk mengatakan, bahwa kesalahan di pemerintahan terdahulu. Tapi menurut saya, terlalu naif kalau ada presiden mengaku enggak tahu kalau ada menterinya yang ingin membubarkan Petral," cetus Faisal.

Ketika ditanyakan mengenai kabar pembubaran Petral ditolak mantan Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan karena ada intervensi oleh mantan RI-1, Faisal mengaku tidak tahu. "Enggak tahu (intervensi). Dan di meja SBY pun saya enggak dengar," pungkas Faisal. (Fik/Ndw)