Sukses

Bahas Misteri Beras Plastik, Jokowi Bakal Gelar Rapat Kabinet

Munculnya beras plastik pertama kali diungkap oleh Dewi Septiana, Warga Mutiara Gading, Bekasi, Jawa Barat.

Liputan6.com, Jakarta - Terungkapnya penemuan beras plastik di Bekasi, Jawa Barat, bukan hanya menggegerkan masyarakat. Tapi juga pemerintah dan para penegak hukum. Hasil uji laboratorium beras plastik versi pemerintah yang tak kunjung diumumkan, membuat publik penasaran.

Namun pemerintah sepertinya belum akan mengumumkan hasil uji klinis beras plastik dari Badan Pengawas Obat dan Makanan meski Sucofindo telah lebih dulu merilis hasil uji lab bersama pemerintah kota Bekasi.

Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel ditemui di Trade & Investment Forum menegaskan, pengumuman soal hasil uji beras plastik harus menunggu pembahasan di rapat kabinet terbatas.  "Tunggu, besok (26/5/2015) akan dibahas di rapat Kabinet Terbatas," ‎tegas dia di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin (25/5/2015).

Sayang, Rachmat enggan membeberkan secara detail hasil pertemuan antara dirinya dengan Kapolda dan Kapolri hari ini terkait beras plastik. "Mau tanya saja sih, tunggu besok," ucapnya.

Munculnya beras plastik ini pertama kali diungkap oleh Dewi Septiana, Warga Mutiara Gading, Bekasi, Jawa Barat. Dari pengakuan pedagang bubur dan nasi uduk ini, saat itu membeli beras pada 13 Mei 2015 di toko agen langganannya untuk persiapan dberjualan pada Senin, 18 Mei 2015, karena beberapa hari ke depan ada libur panjang.

Kecurigaan beras sintetis ini berawal dari laporan adik Dewi Septiana yang memasak beras stok miliknya saat dia sedang berada di Sukabumi pada 17 Mei. Sang adik menceritakan melalui telepon bahwa ada kejanggalan yang saat dimasak berbeda dengan beras biasa. "Pas dimakan anak adik saya pun katanya bikin perutnya mulas dan rasanya agak getir. Akhirnya anak itu tidak mau makan," ujar Dewi.

Dari laporan tersebut, Dewi membuktikannya. Wanita Berhijab itu memasak beras yang dibelinya di agen langganan untuk dibuat bubur dan nasi uduk. Aneh, katanya, selama satu jam memasak yang biasanya sudah berubah jadi bubur, justru tidak menyatu dengan air.

"Ini aneh berasnya. Lalu dua jam ke depan enggak jadi-jadi buburnya, malah menyerap banyak air. Parahnya itu beras bergumpal, enggak mekar dan dia pastikan bubur gagal dimasak. Tapi ketika masak kedua kalinya hasilnya sama," jelas Dewi.

Putus asa, Dewi memutuskan untuk memasak nasi uduk. Saat ditanak, lanjutnya, nasi menjadi lembek dengan bau agak menyengat. Saat dimakan pun, rasanya getir. Merasa peduli dengan nasib masyarakat yang juga mengonsumsi beras dari mulai anak-anak sampai orang tua, Dewi mengambil langkah untuk berbagi pengalaman ini ke media sosial meski ada imbauan waspada dari sang suami.

"Saya melapor ke media sosial karena saya yakin itu beras palsu, ini sudah enggak sehat. Saya pernah nonton Youtube, ada peredaran beras plastik dari China dan ciri-cirinya seperti itu. Asumsi saya dari situ karena saya berdagang ingin jujur, amanah, mengingat saya jualan makanan enggak pakai MSG," tegas Dewi. (Fik/Gdn)