Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perindustrian Saleh Husin optimistis, industri jamu nasional mampu menembus proteksi pasar ekspor. Keyakinan tersebut berdasar kemampuan pelaku industri memproduksi jamu yang berkualitas dan memenuhi standar higienitas internasional.
Hal itu diungkapkan Saleh usai mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Pembukaan Musyawarah Nasional Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional Ke-7 di Istana Negara, Jakarta, Senin (25/5/2015).Â
"Kontrol kualitas di industri jamu semakin ketat karena ini demi mempertahankan kepercayaan konsumen. Saya yakin, pelaku industri jamu kita juga mampu memenuhi permintaan pasar global," ujarnya.
Dia mengungkapkan, omzet industri jamu terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2014, penjualan mencapai Rp 15 triliun dan pada 2015 diperkirakan mencapai Rp 20 triliun.
Saat ini, terdapat 1.160 industri jamu yang terdiri dari 16 industri skala besar dan 1.144 industri skala kecil dan menengah yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia terutama di Pulau Jawa.
"Keberadaan jamu itu punya arti luas. Selain menjadi identitas nasional karena bagian dari budaya dan kearifan nenek moyang, jamu juga menghidupi 15 juta tenaga kerja," kata dia.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 3 juta terserap di industri jamu yang berfungsi sebagai obat dan 12 juta lainnya terserap di industri jamu yang telah berkembang ke arah makanan, minuman, kosmetik, spa, dan aromaterapi.
Sebelumnya, Presiden Jokowi menantang para pengusaha jamu yang terdaftar dalam Gabungan Pengusaha Jamu Tradisional untuk berani mengembangkan jamu sebagai sebuah produk yang memberikan yang memberikan citra atau sebuah persepsi bahwa jamu merupakan hasil warisan dari budaya Indonesia.
Jokowi juga meminta pelaku industri jamu nasional menggenjot produksi dan menggencarkan promosi untuk meningkatkan penetrasi pasar jamu hingga ke luar negeri.
"Jamu merupakan warisan budaya kita, saya kira kita harus secara serius mengembangkan jamu ini sebagai produk yang memberikan citra bahwa jamu adalah Indonesia dan Indonesia adalah jamu," ujarnya.
Jokowi mengaku dirinya telah menanyakan dengan perwakilan dari pemerintah beberapa negara terkait banyaknya produk Indonesia yang belum bisa masuk ke pasar negara-negara tersebut. Hambatan tersebut terjadi karena adanya seleksi yang ketat terhadap produk-produk yang masuk‎ dari luar.
Menurutnya, dibeberapa negara seperti di wilayah Eropa, segala hal yang berkaitan dengan minuman, makanan maupun kesehatan sangat terseleksi. "Namun jika produk ekspor jamu berupa aroma terapi masih bisa lebih mudah masuk ke pasar luar negeri," ‎kata dia.
Jokowi juga mengatakan, pemerintah mempunyai tugas melakukan pembinaan dan pengawasan untuk memajukan industri jamu nasional. "Untuk memajukan industri jamu Tanah Air, diharapkan pemerintah bisa mendapatkan informasi segala rintangan yang menahan berkembangnya industri jamu," ucapnya. (Dny/Gdn)
Menperin Yakin Jamu RI Bisa Tembus Proteksi Pasar Ekspor
Pada 2014, penjualan jamu nasional mencapai Rp 15 triliun dan pada 2015 diperkirakan mencapai Rp 20 triliun.
Advertisement