Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu ini, Indonesia tampak mengetatkan sejumlah aturan bisnis dan perdagangan di Tanah Air, termasuk larangan mengekspor mineral mentah, aturan batasan kepemilikan saham asing hingga larangan menjual minuman beralkohol di minimarket.
Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Robert O Blake menjelaskan, pemerintah terkenal sangat lantang menyuarakan berbagai upaya untuk menarik investor, sayangnya pada saat yang sama, Indonesia justru menciptakan sejumlah hambatan di bidang perdagangan.
Baca Juga
Blake menjelaskan, saat ini beberapa orang merasa cara terbaik yang dilakukan Indonesia untuk meningkatkan ekonominya adalah dengan memanfaatkan sumber daya alam dan bergantung pada pasar domestik dengan bergantung pada manufaktur nasional.
Advertisement
"Membatasi perdagangan barang dan jasa serta melindungi perusahaan-perusahaan Indonesia dari persaingan luar bukan merupakan gagasan yang baik karena dapat menambah hambatan untuk sektor perdagangan. Padahal perdagangan merupakan peluang penting bagi Indonesia," tutur Blake dalam acara Free Trade and the Economic Relationship between the US and Indonesia di Universitas Al Azhar, Jakarta, Selasa (26/5/2015).
Dia menjelaskan, beberapa negara mencoba kebijakan ini sejak 1950-an dengan menitikberatkan produksi dan proses pengolahan barang di dalam negeri. Akibat dari strategi macam ini, menurut Blake, dapat membuat harga naik, mengurangi pilihan konsumen, kualitas barang yang lebih rendah dan sulitnya merespon permintaan Masyarakat.
Pada 1980, Amerika Serikat pernah mencoba kebijakan tersebut dengan membatasi perdagangan. Sayangnya, cara ini membuat produktivitas berkurang dan meningkatkan kesenjangan antar pegawai.
Lagipula, tak mudah untuk memproduksi satu barang dan mendatangkan seluruh komponennya dari dalam negeri.
"Contohnya iPhone, ada yang diproduksi di China. Tapi komponennya datang dari seluruh dunia. Global suply chain sangat penting agar menjaga produk tetap kompetitil dengan biaya produksi yang serendah mungkin," terangnya.
Sejauh ini, Indonesia dinilai Blake, telah meningkatkan iklim berbisnis dengan mendirikan pelayanan terpadu satu pintu di BKPM. Tapi itu semua akan menjadi lebih baik jika Indonesia mengurangi larangan dan batasan demi bisa memanfaatkan peluang bisnis yang lebih besar dan mendatangkan lebih banyak investor.
"Saya agak terkejut ya dengan persentase perdagangan Indonesia dari PDB yang tak banyak berubah sejak 1980 hingga hari ini, masih di sekitar 50 persen," tutur Dubes AS.
Menurutnya, Indonesia tak punya alasan untuk tidak bersaing dengan negara lain. Kompetisi bisnis dan perdagangan memang tak selalu mudah, tapi Indonesia memliki potensi untuk meningkatkan produk dan kualitasnya guna mengungguli negara-negara lain di sektor tersebut. (Sis/Ndw)