Sukses

Waspadai Penguatan Dolar AS Lebih Tajam

Setelah dua bulan meredup, dolar Amerika Serikat tampak kembali melanjutkan penguatannya dan kali ini tampak lebih perkasa.

Liputan6.com, New York - Setelah dua bulan meredup, dolar Amerika Serikat (AS) tampak kembali melanjutkan penguatannya dan kali ini tampak lebih perkasa. Sejak pekan lalu, nilai tukar dolar AS telah menguat hingga hampir dua persen.

Melansir laman CNBC, Kamis (28/5/2015), sejumlah pakar strategi valuta asing merasa, dolar AS  akan berbalik dan mulai memimpin kembali didorong prospek kenaikan suku bunga AS.

"Saya rasa pasar keuangan tengah tergesa-gesa memburu dolar kembali dan pasar valas akan mengejar isu suku bunga kembali," kata ahli strategi di BNP Paribas, Vassili Serebriakov.

Penguatan dolar AS menjadi kekhawatiran lantaran penguatan dolar akan semakin tinggi dibandingkan yang sebelumnya pernah terjadi. Serebriakov dan pakar strategi lain mengatakan pergerakan dolar dapat ditentukan dalam beberapa hari ke depan dengan adanya berbagai kejadian penting. Tak lama lagi, pada 5 Juni, AS akan mengumumkan laporan tenaga kerja pada Mei.

"Dolar AS sempat melemah selama dua bulan dan lihat apa yang terjadi sekarang. Euro melemah enam sen dalam tujuh sesi," kata Chief Currency Strategist di Brown Brothers Harriman, Marc Chandler.

Dia mengatakan, berbagai alasan penguatan dolar AS termasuk keputusan Bank Sentral Eropa untuk meningkatkan dana stimulusnya. Ditambah pernyataan Gubernur The Fed Janet Yellen dan Vice Chairman The Fed Stanley Fischer tentang potensi kenaikan suku bunga AS.

"Pekan depan akan menjadi induk dari berbagai pekan di pasar keuangan. Terdapat pertemuan pejabat Bank Sentral AS, laporan data tenaga kerja AS, pertemuan OPEC, dan rapat Bank Sentral Australia. Ada juga batas pembayaran utang Yunani," tutur Chandler.

Dolar dapat menguat lebih perkasa dalam berbagai kegiatan tersebut seperti saat merespons data laporan tenaga kerja AS pekan depan. Jika laporan tenaga kerja cukup solid, dolar memang akan menguat lantaran para pedagang berspekulasi  ekonomi AS sudah cukup kuat untuk menaikkan suku bunga.

Managing Director Foreign Exchange Strategy di BK Asset Management Boris Shclossberg mengatakan, Yellen merupakan faktor utama pendorong penguatan dolar AS.

"Dia satu-satunya yang penting. Pimpinan The Fed itu mengatakan, ya, mungkin kami akan menaikkan suku bunga sebelum akhir tahun. Tapi pada dasarnya dia mengatakan, ini hanya soal waktu demi melihat data yang positif, kami siap menaikkan suku bunga," ujar Shclossberg. (Sis/Ahm)