Liputan6.com, New York - Harga minyak kembali menguat ke level tertinggi sepanjang tahun ini pada perdagangan Kamis (Jumat pagi waktu Jakarta), setelah data persediaan mingguan di Amerika Serikat (AS) memperlihatkan penurunan.
Mengutip Wall Street Journal, Jumat (29/5/2015), minyak jenis Light Sweet untuk pengiriman Juli 2015 ditutup naik 17 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 57,68 per barel di New York Mercantile Exchange. Sedangkan harga minyak jenis Brent yang menjadi patokan global naik 52 sen atau 0,8 persen ke level US$ 62, 58 per barel di ICE Futures Europe.
Pada tahun lalu, banjir pasokan karena produksi melebihi pesanan membuat harga minyak terjatuh hingga lebih dari 50 persen ke kisaran US$ 40 per barel. Namun pada tahun ini terutama beberapa bulan terakhir harga minyak kembali merangkak naik secara berlahan. Penyebab naiknya harga minyak dalam beberapa pekan terakhir karena adanya ekspektasi bahwa kelebihan pasokan di pasar telah menyusut.
Departemen Energi Amerika Serikat mengungkapkan bahwa pasokan minyak mentah di AS turun 2,8 juta barel pada pekan yang berakhir pada 22 Mei 2015. Angka tersebut lebih tinggi dibanding dengan konsensus analis. Berdasarkan survei Wall Street Journal, analis memperkirakan bahwa penurunan pasokan minyak mentah di AS hanya 1,1 juta barel.
Dengan adanya penurunan pada laporan ini maka persediaan minyak mentah di AS telah mengalami penurunan dalam empat minggu berturut-turut setelah pada April 2015 lalu terus-menerus mencetak rekor stok tertinggi.
Persediaan minyak olahan atau bensin juga mengalami penurunan hampir 2,2 juta barel ke level terendah sejak Desember 2014 lalu. Pelaku pasar melihat dengan turunnya stok minyak olahan ini menunjukkan bahwa konsumsi di AS terus mengalami pertumbuhan.
"Angka-angka permintaan yang ada saat ini menuju ke level yang lebih baik," jelas analis R.J. O’Brien & Associates LLC, Ric Navy. Harga minyak mentah dan minyak olahan dari waktu ke waktu terus membaik jika dibandingkan dengan akhir tahun lalu.
Harga minyak mentah memang terus mengalami kenaikan sejak Maret 2015 ini karena sebagian besar produsen minyak melakukan efisiensi dengan menutup beberapa kilang pengeboran. Hal ini membuat pelaku pasar melihat bahwa pasokan minyak akan berkurang sehingga bisa mendorong kenaikan harga.
"Penurunan produksi ini menjadi tanda baik untuk harga minyak mentah," jelas analis iiTrader, Chicago, AS, Bill Baruch. Namun jika harga minyak mampu bertahan di atas US$ 60 per barel dalam beberapa waktu, ada kemungkinan para produsen minyak tersebut akan kembali membuka operasional kilang yang mengalami efisiensi. (Gdn/Igw)
Harga Minyak Kembali Menguat
Minyak jenis Light Sweet untuk pengiriman Juli 2015 ditutup naik 17 sen atau 0,3 persen menjadi US$ 57,68 per barel di New York Mercantile
Advertisement