Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha jasa pengisian elpiji bersubsidi 3 kilogram (kg) melakukan efisiensi untuk mengatasi tipisnya biaya jasa pengisian elpiji. Sejak 2007, biaya pengisian elpiji tak berubah.
Ketua Koordinator Elpiji Wilayah Jakarta Timur Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak Dan Gas (Hiswana Migas)Â Brando Susanto mengatakan, saat ini keuntungan jasa pengisian elpiji Rp 300 per kg. Keuntungan tersebut tak sesuai karena biaya operasional seperti upah minimum provinsi (UMP), tarif listrik terus mengalami kenaikan.
"UMP naik, sampai sekarang berapa itu pernah ditinjau Rp 300 per kg. Sudah pasti tidak sesuai, sudah pasti berat," kata Brando di stasiun pengisian bahan bakar elpiji (SPBBE) PT Bativa Jaya Energi, Jakarta Timur, Jumat (29/5/2015).
Menurut Brado, para pengusaha melakukan efisiensi untuk menekan biaya produksi tersebut yaitu dengan mengakali jam operasi SPBBE.
"Efisiensi dilakukan bisa maksimum, batas toleransi ada. Sekarang di tengah harga makin tinggi gila-gilaan. Mengurangi jam tenaga kerja, pagi banyak pengisian malamnya kita kurangi," tuturnya.
Para pengusaha terus meminta kenaikan biaya jasa pengisian untuk menghindari kerugian. Besaran kenaikan yang diusulkan Rp 512 per kg. Hal tersebut dinilai sesuai dengan keekonomian saat ini.
"Seluruh DPP mengusulkan Rp 512 per kg. Pada 2010, UMR Rp 1 juta sekarang naik 100 persen. Kami mengajukan terus, tahun ini kita gulirkan serius," tutupnya. (Dny/Ndw)
Untung Tipis, Pengusaha Kurangi Jam Kerja Pegawai di SPBE
Sejak 2007, biaya pengisian elpiji tak berubah.
Advertisement