Sukses

Rupiah Tertekan ke Level 13.253 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah kembali melemah cukup signifikan ke level 13.253 per dolar AS pada perdagangan hari ini. Apa penyebabnya?

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah cukup signifikan ke level 13.253 per dolar AS pada perdagangan Kamis (4/6/2015). Penguatan nilai tukar euro usai pertemuan Bank Sentral Eropa kemarin ternyata cukup memberikan tekanan kepada nilai tukar rupiah.

Data valuta asing Bloomberg, Kamis (4/6/2015), menunjukkan nilai tukar rupiah melemah 0,14 persen ke level 13.249 per dolar AS pada perdagangan pukul 10.34 waktu Jakarta. Nilai tukar rupiah bahkan sempat melemah lebih jauh dan menyentuh level 13.253 per dolar AS.

Sejak awal pembukaan hingga menjelang siang, nilai tukar rupiah terus berfluktuasi melemah di kisaran 13.234 per dolar AS hingga 13.253 per dolar AS.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia mencatat nilai tukar rupiah melemah cukup jauh ke level 13.243 per dolar AS. Nilai tukar rupiah melemah 47 poin dari level sebelumnya 13.196 per dolar AS.

Dilansir dari Reuters, Direktur Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), Peter Jacobs mengatakan, nilai tukar rupiah diperdagangkan di kisaran 13.240 per dolar AS pada hari ini karena penguatan nilai tukar euro. Selama ini, gerak rupiah selalu seirama dengan Euro. Namun karena pada saat ini penguatan Euro menekan hampir seluruh mata uang di Asia, maka nilai tukar rupiah pun ikut tertekan.

Jacobs melanjutkan, pelemahan nilai tukar rupiah hingga menembus level 13.200 per dolar AS sebenarnya bukan hal yang cukup ditakuti. Sebelumnya, rupiah juga sempat menyentuh level terendahnya dalam 17 tahun terakhir saat berada di level 13.245 per dolar AS pada Maret 2015. "Bank Indonesia akan mengawasi dan akan selalu ada di pasar guna menenangkan fluktuasi valuta asing dan harga obligasi," kata Peter.

Senada dengan Jacobs, ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta mengatakan, tak ada perubahan suku bunga acuan pada hasil pertemuan Bank Sentral Eropa membuat dolar AS melemah. Dalam keadaan seperti ini, seharusnya nilai tukar rupiah AS menguat. Namun di beberapa negara berkembang yang asing memiliki porsi yang besar di obligasi maka membuat tekanan ke mata uangnya.

Hal tersebut terjadi pada rupiah. Porsi kepemilikan asing di obligasi negara cukup besar sehingga menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. tingginya imbal hasil obligasi membuat investor melakukan ambil untung.

Pekan ini, para investor akan fokus pada angka pertumbuhan ekonomi zona euro dan tingkat pengangguran di AS yang akan diumumkan pada akhir pekan nanti. (Sis/Gdn)