Liputan6.com, New York - Ekonomi dunia kini mengarah pada jalur pertumbuhan yang lebih lamban dibandingkan tahun lalu. Proyeksi terbaru dari Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) memberi peringkat B- bagi pertumbuhan ekonomi global saat ini, nilai yang tak ingin dilihat para politisi dan pekerja.
Melansir laman CNN Money, Kamis (4/6/2015), pada Maret, OECD memprediksi ekonomi global akan tumbuh 4 persen sepanjang tahun ini.
Baca Juga
Namun pada Rabu pekan ini, OECD kembali memperbaharui proyeksinya dan memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 3,1 persen, lebih rendah dari pertumbuhan tahun lalu di level 3,3 persen.
Advertisement
Sementara dua negara yang menjadi mesin pendorong pertumbuhan global yaitu China dan AS kini tengah mengalami perlambatan.
China tampak tak mampu mempertahankan pertumbuhan ekonomi luar biasa yang pernah mencapai level di atas 10 persen dan dampaknya terasa di berbagai negara di dunia. Manufaktur dan ekspor China melambat dan pasar properti tampak tak bergairah seperti sebelumnya.
Di AS, penguatan dolar telah melambatkan laju pertumbuhan ekonomi dunia. Perusahaan-perusahaan AS mulai kehilangan uangnya di negara lain. Para konsumen asing tak lagi membeli barang dari AS karena harganya naik.
OECD memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi AS di 2015 dari 3,2 persen menjadi 3,1 persen. Bahkan menurutnya, ekonomi AS dapat tumbuh lebih rendah ke kisaran 2,4 persen.
Sebagian besar negara di dunia akan mengalami perlambatan di sektor ekonomi tahun ini. Jika Yunani gagal mencapai kesepakatan dengan para kreditor, Eropa akan mengalami ganjalan penguatan khususnya pada kepercayaan diri bisnis.
OECD terus meminta Eropa untuk melakukan reformasi struktural guna menyediakan akses pinjaman yang lebih baik di beberapa negara.(Sis/Nrm)