Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menyampaikan asumsi makro ekonomi tahun 2016 di hadapan Komisi XI DPR RI, pada Senin (8/6/2015).
Asumsi yang disampaikan antara lain soal pertumbuhan ekonomi, tingkat inflasi dan suku bunga surat perbendaharaan negara (SPN).
Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro menuturkan pada asumsi makro ini, pertumbuhan ekonomi nasional dipatok sebesar 5,8 persen sampai 6,2 persen. Angka ini bersifat dinamis yang artinya ada kemungkinan bisa berubah di kemudian hari.
"Kami ajukan pertumbuhan ekonomi pada range 5,8 persen sampai 6,2 persen. Tentunya akan menjadi perdebatan karena melihat perlambatan di triwulan I tahun 2015. Tentu nantinya bisa didiskusikan lebih lanjut bahwa yang namanya estimasi bersifat dinamis," kata dia di Gedung DPR, Jakarta.
Sementara untuk tingkat inflasi, Bambang menuturkan, pemerintah dan Bank Indonesia (BI) sepakat di kisaran 3 persen hingga 5 persen. Kemudian untuk imbal hasil SPN 3 bulan dipatok sebanyak 4 persen-6 persen.
Advertisement
"Inflasi sesuai dengan target pemerintah dan BI sebesar 3 persen sampai 5 persen atau 4 plus minus 1," tutur dia.
Bambang menuturkan, untuk nilai tukar rupiah pemerintah memprediksi di kisaran 12.800 sampai 13.200 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dia mengaku jika The Fed jadi memutuskan kenaikan suku bunga acuan di semester 2 tahun ini, maka tekanan terhadap rupiah belum bisa mereda.
"Inilah empat dasar asumsi ekonomi makro yang nanti harus diputuskan pemerintah dan DPR untuk kita keluar range final," tandas dia.(Amd/Nrm)