Sukses

JK Curhat Susahnya Bangun Energi Hijau di Indonesia

Kesulitan menerapkan bauran energi di Indonesia termasuk energi ramah lingkungan karena persoalan investasi.

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia telah menyusun pola penggunaan energi ke depan melalui bauran atau campuran energi (mix energy) agar tercipta lingkungan yang berkelanjutan. ‎Sayang, investasi energi hijau di Tanah Air masih terlampau mahal sehingga sulit untuk terlaksana.

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengungkapkan, penggunaan energi campuran yang ditetapkan pemerintah berupa batu bara dengan batasan tertentu, dan dilengkapi penggunaan gas, LNG, energi terbarukan, hydro dan geothermal atau panas bumi.

"Potensi penggunaan energi terbarukan di Indonesia sangat baik, tapi implementasinya sulit jadi harus melalui berbagai cara demi ketahanan ekonomi serta lingkungan," tutur dia saat acara Indonesia Green Infrastructure Summit, Jakarta, Selasa (9/6/2015).

Kata JK, kesulitan menerapkan bauran energi di Indonesia termasuk energi ramah lingkungan karena persoalan investasi. Investasi termurah di energi diesel saja mencapai US$ 500 ribu per megawatt (Mw), sedangkan ongkos operasionalnya 25 sen per KwH.  Sementara kebutuhan investasi untuk energi batu bara, diperlukan US$ 1 juta per Mw meski efeknya lebih berbahaya.

Namun JK memastikan bahwa sudah ada teknologi ultracritical yang mampu mengurangi dampak negatif dari batu bara. "Sementara energi ramah lingkungan membutuhkan investasi empat kali lipatnya dari investasi solar dan dua kali lipatnya investasi energi batu bara. Tapi ini komitmen kita 10 tahun mendatang, dengan struktur 52 persen batu bara, gas 24 persen, 12 persen bahan bakar minyak (BBM), air dan geothermal 12 persen," papar dia.

Untuk itu, lanjutnya, pemerintah saat ini ingin memacu pembangunan pembangkit listrik yang menambah pasokan 35 ribu Mw selama lima tahun dan meningkat setiap tahunnya. Sehingga pemerintahan Jokowi-JK membuka kesempatan kepada para penanam modal asing dan lokal untuk berinvestasi di sektor energi.

"Pembangunan pembangkit listrik geothermal ‎memang berisiko lebih besar, tapi kita akan berikan insentif  bagi investasi energi ramah lingkungan," tandas JK. (Fik/Nrm)