Liputan6.com, Jakarta - Juba, ibu kota Sudan Selatan dinobatkan menjadi kota paling mahal bagi ekspatriat. Hal itu berdasarkan peringkat tahunan yang ditetapkan oleh perusahaan konsultan global ECA International.
Peringkat itu dihitung berdasarkan inflasi, nilai tukar mata uang dan membandingkan harga sejumlah barang dan layanan. Pemeringkatan ini untuk mengetahui bagaimana mempertahankan standar hidup di negara baru. Demikian mengutip dari laman Business Insider, Sabtu (13/6/2015).
Selain itu, peringkat ini juga dimaksudkan untuk membantu perusahaan memperkirakan biaya karyawan tinggal di luar negeri untuk tugas global. Untuk kota seperti Zurich, Swiss, biaya hidup tinggi dan nilai tukar mata uang yang tidak menguntungkan memberikan kontribusi untuk masuk ke peringkat tertinggi kategori kota mahal bagi ekspatriat.
Advertisement
Sedangkan Juba masuk kategori kota dengan biaya hidup tinggi untuk para ekspatriat mengingat kota ini juga baru dibentuk, dan karyawan mungkin meminta pendapatan lebih tinggi karena harga barang yang mahal.
Apalagi negara ini juga banjir bantuan asing, pemerintah juga mendirikan kedutaan di negara tersebut ditambah perusahaan minyak membawa pekerja sejingga mendorong barang impor naik. Peringkat kota Juba pun melonjak ke nomor satu setelah berada di posisi sembilan pada tahun lalu.
Â
Berikut kota paling mahal bagi ekspatriat:
Negara |
Lokasi |
Peringkat Global 2015 |
Peringkat Global 2014 |
Sudan Selatan |
Juba |
1 |
9 |
Angola |
Luanda |
2 |
3 |
Swiss |
Zurich |
3 |
4 |
Swiss |
Geneva |
4 |
5 |
Swiss |
Bern |
5 |
7 |
Swiss |
Basel |
6 |
8 |
Kongo |
Kinshasa |
7 |
19 |
China |
Shanghai |
8 |
18 |
China |
Beijing |
9 |
20 |
Korea Selatan |
Seoul |
10 |
16 |
Â
Â
(Ahm/)