Liputan6.com, Washington - Dalam upaya mengendalikan perekonomian Amerika Serikat sepanjang 2015, Bank Sentral AS (The Fed) kini tengah berusaha melawan bayang-bayang kekeliruan yang pernah terjadi pada 78 tahun lalu. Pada 1937, The Fed pernah memperketat kebijakan moneter terlalu cepat, bukan pada waktu yang tepat.
Melansir laman CNBC, Selasa (16/6/2015), para pakar strategi Wall Street kini khawatir The Fed akan sangat berhati-hati agar tidak membuat kesalahan yang sama yang pernah dilakukan para pendahulunya.
Baca Juga
Kondisi ini dikhawatirkan membuat The Fed kehilangan peluang yang solid untuk menormalisasi kebijakan moneter yang tujuh tahun terakhir bergerak stagnan.
Advertisement
"Banyak pembuat kebijakan dan pengamat pasar yang mengatakan, risiko The Fed menaikan suku bunga lebih cepat jauh lebih berbahaya dibandingkan melakukannya terlalu lambat. Ini adalah momok dari kejadian 1937 kala The Fed menaikkan suku bunga secara prematur dan memperburuk kondisi Great Depression," kata Managing Director State Street Global Advisors, Michael Arone.
Dia mengatakan, sebagian besar investor menganggap kenaikan suku bunga dalam waktu dekat akan berdampak positif untuk ekuiti dan obligasi. Namun Arone memandang, The Fed terlambat memiliki peluang baik yang akhirnya dapat berdampak kurang positif bagi obligasi dan ekuiti jangka panjang.
Pekan ini Federal Open Market Committee (FOMC) menggelar pertemuan guna membahas kebijakan kenaikan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2006. Meski begitu, pertumbuhan ekonomi yang lebih lamban dari prediksi telah mengikis kemungkinan kenaikkan suku bunga dalam waktu dekat.
Arone menegaskan, kejadian pada 1937 dan 2015 sama sekali berbeda. Puluhan tahun lalu, harga konsumen tengah jatuh dan tingkat pengangguran melonjak, sangat berbeda dengan kondisi saat ini yang merupakan kebalikannya.
Perbandingan yang paling relevan adalah pada 1999.
"The Fed menunggu terlalu lama untuk menaikkan suku bunga pada 1999. Padahal saat ini inflasi mulai naik sebelum kenaikan suku bunga pertama yang akibatnya, The Fed melakukan pengetatan terlalu cepat dibandingkan seharusnya," ujar Arone.(Sis/Nrm)