Sukses

Serapan Beras Bulog Belum Maksimal

Perum Bulog meminta bantuan kepada Kementerian Koperasi Usaha Kecil Menengah untuk membantu membuka akses ke petani.

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog mengakui realisasi serapan beras untuk 2015 masih jauh dari target yang ditentukan. Oleh karena itu Perum Bulog mencoba bekerja sama dengan berbagai pihak agar target serapan bisa tercapai.

Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti mengatakan, 6 bulan pertama atau sampai dengan Juni 2015 ini, serapan beras Bulog masih di kisaran 1,3 juta ton. Padahal, target serapan beras Bulog sepanjang tahun ini 4 juta ton.

"Per 16 Juni 2015, serapan beras Buloh masih di 1,3 juta ton," kata Djarot usai mengikuti rapat koordinasi di Kementerian Pertanian, Selasa (16/6/2015).

Dia melanjutkan, melihat realisasi tersebut Perum Bulog akan mengakselerasi atau mempercepat serapan. "Target sampai akhir tahun 4 juta ton, Kami mau akselerasi 2 bulan bisa menyerap 2 juta ton " ujarnya.

Untuk mendukung target tersebut, Perum Bulog meminta bantuan kepada Kementerian Koperasi Usaha Kecil Menengah untuk membantu membuka akses ke petani. "Kami minta dibantu teman-teman yang menguasai data produksi, dengan 1.900 koperasi aktif akan membantu Bulog dalam bersentuhan langsung petani," tandas dia.

Masalah serapan beras inilah yang menjadi penyebab pergantian direksi di perusahaan pelat merah tersebut. Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rini Soemarno memutuskan untuk memberhentikan Lenny Sugihat sebagai Direktur Utama Perum Bulog dan menggantikannya dengan Djarot Kusumayakti.

Rini membeberkan alasan pemberhentian Lenny, karena melihat kinerjanya yang kurang memuaskan selama memimpin Bulog. Salah satunya, berkaitan dengan target penyerapan gabah petani yang belum bisa dipenuhi perusahaan plat merah tersebut.

Lenny tercatat baru 5 bulan menduduki jabatan orang nomor satu di BUMN Pangan ini, terhitung sejak 2 Januari 2015. Dia menggantikan Dirut Bulog sebelumnya Sutarto Alimoeso yang telah memasuki masa pensiun. "Kenyataannya memang Bulog butuh perbaikan, sebab tidak mencapai target penyerapan," ujar Rini.

Lenny dinilai lebih cocok di sektor perbankan karena pengalaman selama 30 tahun di BRI. Sebelum masuk ke Bulog, Rini terakhir menjabat sebagai Direktur Pengendalian Risiko Kredit BRI. "Bu Lenny kan pengalamannya di bank, dia sangat expert di bank," tandas dia.

Sebagai orang nomor satu di Bulog, Djarot Kusumayakti pun berambisi meningkatkan stok beras nasional dua kali lipat, untuk menghadapi Ramadan dan Lebaran. Saat ini rata-rata stok beras nasional mencapai 20 ribu ton per bulan.

"Saya ingin meningkatkan, rata-rata kan 20 ribu ton, saya ingin syukur-syukur bisa dua kali lipat, agar stok nasional aman, makanya tolong doain," ujar Djarot.

Dia mengaku, agar stok beras nasional bisa meningkat sesuai keinginannya, Bulog akan menyerap beras kualitas standar petani tapi dengan penyesuaian harga.

"Caranya saya dengan teman-teman, pertama saya ingin tidak kaku. Kalau yang datang dengan tidak standar tetapi harga sesuai dengan ekuivalen dan tidak membuat rugi keuangan kami ya bisa diambil," tutur dia.

Selain itu Bulog juga akan merampingkan organisasi. Langkah ini agar dalam proses menjalankan tugasnya, Bulog menjadi lebih efisien. (Amd/Gdn)