Liputan6.com, Jakarta - Pengoperasian tol Cikopo-Palimanan (Cipali) dinilai tidak serta merta mengurai kemacetan yang terjadi di jalur lintas Jawa, terutama saat musim mudik.
Pengamat Kebijakan Publik Agus Pambagio mengatakan, ruas tol Cipali yang menjadi bagian dari mega proyek Trans Jawa merupakan rencana yang digagas berpuluh tahun lalu. Sedangkan saat merealisasikan proyek ini, pemerintah dianggap tidak melakukan kajian ulang.
"Kita bangun itu tidak pakai perencanaan. Lintas Jawa itu rencana pada tahun 1980-1990an. Sekarang dibuat saja tolnya dari ujung ke ujung, itu salah," ujar Agus di Pasific Place, Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Advertisement
Selain itu, Agus juga memperkirakan kendaraan yang melewati jalan bebas hambatan ini juga harus berhadapan dengan kemacetan, terutama di pintu keluar tol. "Kelancaran Cipali hanya sebentar, setelah itu akan macet lagi karena pintu keluarnya akan macet," kata dia.
Selain itu Agus menilai, pembangunan tol ini tidak memiliki konsep jelas. Sebagai contoh, jalur tol ini seharusnya melewati daerah-daerah yang memiliki kegiatan ekonomi seperti kawasan industri atau perkebunan. Dengan demikian, produk hasil industri atau perkebunan bisa diangkut melewati jalan bebas hambatan tersebut.
"Kalau di luar misalnya, tol dibuat ditempat yang ada perkebunan, jadi hasilnya bisa diangkut lewat situ," lanjutnya.
Meski demikian, Agus menyatakan, dengan adanya tol ini akan membawa dampak positif bagi ekonomi masyarakat sekitar walaupun tidak terlalu signifikan.
"Pada dasarnya, tidak hanya pada tol Cipali saja, di mana ada infrastruktur seperti tol, maka di sekitarnya akan tumbuh kegiatan ekonomi seperti ada hotel, tempat wisata, taman hiburan dan lain-lain. Ekonomi masyarakat juga meningkat, tapi tidak signifikan, karena akan lebih banyak informalnya," tandas dia. (Dny/Ahm)