Sukses

Kekeringan Menghantui RI, Impor Bisa Jadi Pilihan Pemerintah

Namun pemerintah tidak akan sembarang memasok kebutuhan pangan dari luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Ancaman El Nino atau kekeringan menghantui Indonesia saat ini. Pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) perlu mencari sumber pangan lain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri termasuk impor. Hal ini dilakukan guna mengendalikan inflasi. 
 
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengungkapkan, pengadaan pangan dalam negeri adalah yang utama meski harus membuka keran impor. Namun pemerintah tidak akan sembarang memasok kebutuhan pangan dari luar negeri. 
 
"Ancaman El Nino kita akan mencari sumber, termasuk impor. Tapi kita akan menghitung nanti pada akhir bulan ini berapa yang bisa dibeli Bulog," tegas dia saat ditemui di kantornya, Jakarta, Jumat (19/6/2015). 
 
Keputusan impor, dikatakan akan didiskusikan kembali dalam rapat. Namun hingga saat ini dipastikan stok beras cukup.
 
"Kalau sekarang enggak ada masalah, stok beras cukup. Tapi enggak tahu setelah Lebaran. Yang penting cadangan beras nasional harus ada 1,5 juta ton sampai akhir tahun," cetus Sofyan. 
 
Sebelumnya Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengaku di beberapa wilayah Indonesia telah menunjukan dampak dari adanya El Nino tersebut.
 
"Memang kemarin saya dari  NTB, di sana 2 minggu sudah tidak turun hujan. Tapi  cerita lain, Sidoarjo masih kebanjiran. Masih ada daerah-daerah lain yang belum stabil untuk masalah ini. Nah jadi memang kalau ke timur sudah mulai kering," kata dia. 
 
Lanjut Rusman, pihaknya telah menyiapkan sejumlah antisipasi untuk menghadapi kekurangan stok pangan di Indonesia dari dampak El Nino tersebut.
 
Kementerian Pertanian (Kementan) telah memberikan kalender tanam agar para petani bisa menyesuaikan komoditas apa saja yang ditanam saat musim kemarau.
 
Tambahnya, dengan adanya kalender tanam para petani bisa memilih varietas produk yang memiliki masa panen yang lebih pendek. Dengan memberlakukan kalender tersebut diharapkan para petani Indonesia dapat tertolong.
 
"Bagaimana petani bisa memanfaatkan varietas-varietas padi yang umurnya pendek, kalau bisa yang 90 hari lebih bagus. Artinya, ketika dia sudah mulai panen, karena umurnya pendek sudah sempat dipanen. Kalau umurnya 120 hari itu sangat tidak tertolong," lanjut dia.
 
Selain itu, Kementan menyiapkan antisipasi berupa sistem pompanisasi. Rusman mengatakan pihaknya akan menggali sumur-sumur lebih dalam dengan harapan ketika musim hujan sumur tersebut bisa terisi air lagi.
 
Akan tetapi, jika penggalian sumur tak bisa menghadapi dampak El Nino maka langkah yang diambil adalah mengambil sumber air dari tempat lain menggunakan truk-truk tanki.
 
"Kalau itu tidak bisa ya barangkali kita akan mengambil sumber air di tempat yang jauh dengan tanki-tanki. Itu akan sangat mahal. Petani itu kan pilihannya dua, dia rugi sama sekali, atau dia harus mengeluarkan lebih mahal," tukas dia. (Fik/Nrm)