Sukses

7 Kebiasaan Keuangan Buruk yang Orang Tua Ajarkan ke Anak

Sikap bijak terhadap uang juga dapat ditularkan kepada anak.

Liputan6.com, Jakarta - Tidak ada orang yang sempurna. Apalagi kalau telah menjadi orang tua, banyak kesalahan yang Anda lakukan dan ditiru oleh anak Anda.

Anak-anak melihat apa yang orang tuanya lakukan dan mereka akan menangkap bagaimana cara mengelola keuangan. Sebagai orang tua, tentu Anda ingin anak meniru kebiasaan yang baik, memberitahu supaya rajin menabung, dan sebagainya.

Di satu sisi, Anda pasti tidak mau anak menjadi takut dengan memiliki dan mengeluarkan uang. Di sisi lain, Anda juga tidak mau ia menjadi acuh dengan uang, seperti memiliki kartu kredit sebagai jalan pintas untuk berbelanja.

Tapi semua itu hanya bisa terjadi kalau Anda memiliki sikap yang sehat tentang uang. Sam X Renick, pengusaha dan pendidik keuangan, memiliki beberapa ide untuk meraih hal itu.

Renick mengatakan, seperti dikutip dari Credit.com, Senin (29/06/2015), tujuan utamanya adalah supaya anak menjadi bijaksana tentang uang. Dengan mengelola keuangan yang baik, Anda akan memiliki potensi hidup bahagia dan kurang stres.

Ini lebih mudah dikatakan daripada dilakukan. Berikut adalah kebiasaan buruk keuangan yang tidak sengaja orang tua tularkan ke anak-anaknya:

1. Belanja tanpa membuat daftar

Sikap ini seperti membuka jalan untuk membuang uang dan bersikap impulsif. Bagi anak-anak, melihat orang tuanya bersikap seperti ini sangat mengaburkan batas antara pembelian yang direncanakan dan yang tidak teratur. Mengajar anak-anak memakai daftar belanja dapat membantu mereka dalam banyak bidang kehidupan.

2. Membeli karena impulsif

Banyak godaan datang apalagi jika musim diskon datang. Pengiklan bisa menggoda Anda dengan diskon cepat atau flash sale yang berlangsung selama beberapa jam. Anda mungkin berakhir dengan membeli barang yang tidak perlu. Jangan biarkan anak Anda melihat iklan-iklan ini berhasil memanipulasi Anda.

3. Membebaskan anak menerima haknya

Anak Anda berhak mendapat makan yang enak atau mainan kalau dia berhasil meraih sesuatu atau nilai yang baik di sekolah. Memberi hadiah bukan hal yang salah asal caranya tepat. Anda bisa mengatakan hadiah telah disiapkan kalau ia menuntaskan sesuatu dengan baik. Jangan biarkan mereka memilih sendiri hadiahnya karena sudah pasti akan melewati budget Anda.

4. Fokus pada hal sekarang

Kalau Anda menyisihkan uang untuk liburan dan hal itu tidak terlihat oleh anak Anda, maka ia tidak akan pernah belajar. "Ayo makan di rumah supaya kita bisa menabung untuk berlibur," merupakan kata yang jelas menunjukkan maksud dan tujuan Anda. Daripada berkata "Kita tidak mampu membelinya", lebih baik Anda jelaskan soal menyisihkan uang supaya anak pun belajar mengelola uang.

5. Berbicara dalam angka, bukan persentase

Sangat penting anak-anak belajar kalau dua ratus lebih tinggi 100 persen daripada seratus rupiah. Dengan melihat persentase, anak akan tahu ada peningkatan nilai dari hal tersebut. Cara ini lebih mudah daripada memaksa mereka menghargai uang seratus rupiah. Ajarkan ke anak berapa pun nilainya, uang patut ditabung dan nilainya akan meningkat kalau ia rajin mengelolanya

6. Memberikan anak uang jajan

Ide dibaliknya memang tepat supaya anak tahu prioritas. Tapi menurut Renick, lebih baik memberikan uang untuk mereka kelola. Cara lainnya, berikan uang ketika mereka mau melakukan sesuatu. Misalnya, membersihkan halaman, mencuci mobil, dan lainnya. Anak harus tahu, dengan bekerja mereka bisa mendapatkan sesuatu.

7. Terlibat dalam kebiasaan pembelian rutin yang tidak perlu

Pembelian rutin dalam hal ini misalnya membeli kopi di Starbucks atau rokok. Kebiasaan tersebut hanya menunjukkan ke anak kalau Anda memilih kepuasaan sekarang ketimbang pengorbanan untuk hal yang lebih penting. Uang dari pembelian rutin sebenarnya bisa Anda investasikan untuk dana pensiun atau liburan keluarga. (Elsa A/Ahm)

Video Terkini