Sukses

Upah Naik, Bukaka Ganti Tenaga Manusia dengan Mesin

Langkah ini diambil sebagai upaya efisiensi yang dilakukan perseroan.

Liputan6.com, Jakarta - PT Bukaka Teknik Utama Tbk , perusahaan infrastruktur yang baru kembali mencatatkan saham di Bursa Efek Indonesia mengaku siap memodernisasi pabrik atau perusahaan pada tahun ini. Itu artinya emiten berkode BUKK tersebut akan mengganti tenaga manusia dengan mesin dalam rangka efisiensi. 
 
Direktur Utama Bukaka, Irsal Kamarudin mengatakan, perseroan telah menganggarkan belanja modal sampai Rp 150 miliar sampai pertengahan tahun depan. Anggaran tersebut khusus untuk Bukaka atau di luar anak usaha. 
 
"Belanja modal ini untuk memodernisasi perusahaan. Hal itu agak sedikit bertolakbelakang dengan visi untuk menciptakan lapangan kerja, karena kami akan modernisasi dengan mesin-mesin otomatis sebab enggak kuat kenaikan upah yang membebani," tegas dia di Gedung BEI, Jakarta, Senin (29/6/2015).
 
Lebih jauh Irsal menjelaskan, alasan perseroan delisting karena terlilit utang saat badai krisis 1997-1998 menimpa Indonesia dan global. Kondisi tersebut sangat berdampak besar terhadap Bukaka yang mayoritas utang berasal dari luar negeri. 
 
"Tapi kita sudah percepat penyelesaian utang ini pada tahun 2000. Waktu itu ada Jakarta Inisiatif yang bisa bantu penyelesaian utang luar negeri. Namun pada hari H semua lander hilang enggak ada yang bisa dihubungi, auditor pun enggak bisa menkonfirmasi," paparnya. 
 
Sambung dia, utang tetap tercatat dalam laporan keuangan sehingga selama tiga tahun berturut-turut sampai Agustus 2006, laporan keuangan Bukaka disclaimer dan harus delisting. 
 
Nasib baik menimpa Bukaka pada 2010. Perseroan akhirnya menemukan pemegang TLC atau surat utang mereka sehingga pada tahun yang sama, Bukaka merestrukturisasi utang dan berhasil memperbaiki neraca keuangannya pada 2011. 
 
"Tahun 2011, kita rencanakan relisting karena masih ada 500 lebih saham yang masih tercatat di Bukaka. Dan bar sekarang relisting terealisasi. Diharapkan ke depan, saham kami bisa terus likuid dan bernilai tambah," tegas Irsal. (Fik/Ndw)
Video Terkini