Sukses

Freeport Siapkan US$ 17,5 miliar untuk Investasi di Indonesia

Kontrak Karya Freeport Indonesia akan habis pada tanggal 29 Desember 2021.

Liputan6.com, Jakarta - PT Freeport Indonesia berkomitmen untuk terus berinvestasi di Indonesia. Saat ini, perusahaan tambang asal Amerika Serikat tersebut telah menyiapkan dana sebesar US$ 17,5 miliar untuk membangun pabrik pengolahan.

Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, dana investasi yang disiapkan oleh Freeport tersebut untuk mengembangkan tambang bawah tanah (underground mining) dan pembangunan fasilitas pengelolahan dan pemurnian (smelter).

"Pemerintah Indonesia sedang menyiapkan langkah-langkah untuk meyakinkan investasi Freeport dapat berjalan sesuai jadwal, dengan tetap memperhatikan rambu rambu hukum yang ada," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (2/7/2015).

Pada Kamis, 2 Juli 2015, Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi oleh Sudirman Said telah menerima kunjungan dari Presiden Komisaris PT Freeport Indonesia (PTFI), James R Moffett dan Presiden Direktur PTFI, Maroef  Sjamsoeddin di Istana Negara, Jakarta.

Dalam pertemuan tersebut, pihak Freeport Indonesia menyampaikan komitmennya untuk terus berinvestasi di Indonesia. James R Moffett  menegaskan akan menghargai kedaulatan hukum Indonesia dengan menghormati seluruh regulasi dan kesepakatan yang telah dicapai.

Sebagaimana diketahui, Kontrak Karya Freeport Indonesia akan habis pada tanggal 29 Desember  2021. Pemerintah Indonesia dan Freeport Indonesia sedang melakukan finalisasi negosiasi untuk menentukan kelanjutan operasi perusahaan tersebut usai berakhirnya Kontrak Karya tersebut.

Reklamasi Pantai

Ketua Penelaah Smelter Nasional Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Said Didu mengatakan, fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral Gresik yang akan dibangun PT Freeport Indonesia mereklamasi 20 hektare pantai.

Said mengatakan, saat ini pembangunan smelter Freeport di Gresik Jawa Timur mengalami kemajuan yang ditunjukan ditentukannya lahan untuk membangun smelter. "Sebenarnya ada kemajuan, saya ingin mengecek betul," kata Said.

Ia melanjutkan, pembangunan smelter berkapasitas 2 juta ton yang berdiri di atas lahan seluas 80 hektare, di mana  20 hektare diantaranya mereklamasi pantai. "Karena sudah clear lahan 80 hektare itu yang sudah clear 60 hektare dan 20 hektare itu reklamasi," ungkapnya.

Menurut Said, pembangunan smelter bernilai investasi US$ 2,3 miliar tersebut sudah mendapat izin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dari pemerintah daerah setempat. "Sudah dapat izin dari Pemda kata PTFI. Tinggal titik koordinat beda. Tapi itu tidak menghambat," jelasnya. (Pew/Gdn)

Video Terkini