Liputan6.com, Bandung - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa program kelistrikan 35 ribu Mega Watt (MW) merupakan program serius dan harus berjalan sesuai dengan rencana. Oleh sebab itu ia akan terus mengawasi setiap perkembangannya.
Presiden Jokowi bercerita, dalam setiap kunjungannya ke berbagai daerah, permasalahan yang selalu dikeluhkan oleh masyarakat adalah ketersediaan listrik atau pemadaman listrik yang terus terjadi.
"Di setiap provinsi dan kabupaten serta kota keluhannya selalu sama, listrik mati setengah hari, listrik mati 4 jam, listrik mati sehari bisa tiga kali," kata Jokowi, saat meresmikan PLTP Kamojang Unit 5, di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Minggu (5/7/2015).
Oleh sebab itu, program kelistrikan 35 ribu MW yang dicanangkannya harus berjalan sesuai dengan rencana. Program tersebut dijalankan untuk memenuhi kebutuhan sehingga permasalahan kelistrikan di daerah bisa teratasi. "Karena itu kami mempunyai target 35 ribu MW. Bukan masalah targetnya yang harus kita kejar tetapi kebutuhannya yang harus kita kejar," tuturnya.
Agar bisa berjalan sesuai dengan jadwal, Presiden Jokowi akan terus memantau dengan jeli setiap perkembangan proyek-proyek pembangunan pembangkit yang ditargetkan bisa selesai dalam lima tahun tersebut. "Target 35 ribu MW bukan target main-main, selalu saya ikuti setiap hari, setiap minggu,setiap bulan," tuturnya.
Dalam masa pemerintahan Presiden Jokowi, pemerintah menargetkan rasio elektrifikasi mencapai 97 persen dari jumlah rumah tangga di Indonesia sampai dengan akhir tahun 2019 dan 99 persen pada tahun 2020. Target yang cukup ambisius tersebut selain untuk menopang kehidupan rakyat sehari-hari, listrik menjadi salah satu pendorong peningkatan kegiatan ekonomi nasional.
Ketersediaan listrik menjadi salah satu indikator bahwa bangsa Indonesia telah berdaulat dalam bidang energi. Untuk itulah upaya penyediaan energi listrik secara berkesinambungan harus terus dilakukan sesuai dengan tingkat pertumbuhan permintaannya.
“Dalam kurun waktu lima tahun atau pada 2015 hingga 2019, kami akan membangun Pembangkit 35 ribu MW dan saya putuskan hingga akhir tahun 2015 harus diselesaikan sekitar 3.793 MW," tambah Jokowi.
Sebagai upaya menyediakan energi listrik secara berkesinambungan, pemerintah harus memanfaatkan energi panas bumi (geothermal energy) sebagai salah satu sumber energi terbarukan.
Sumber energi ini berlimpah, bersih dan ramah lingkungan. Indonesia bahkan menjadi negara dengan kandungan panas bumi yang besar, 40 persen potensi panas bumi dunia terdapat di Tanah Air. Sumber-sumber energi panas bumi tersebar di Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, Maluku, hingga Papua.
Sayangnya, besarnya cadangan panas bumi di Indonesia tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Sampai hari ini Indonesia masih saja bergantung dengan sumber energi dari fosil.
Saat ini, penggunaan energi fosil masih sangat besar yaitu sebesar 95 persen dari bauran energi nasional, dimana 47 persen di antaranya merupakan minyak bumi, 24 persen berasal dari gas bumi, dan 24 persen dari batu bara. Sedangkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) baru mencapai sekitar 5 persen.
“Saya memberikan perhatian khusus pada program pengembangan sumber energi baru terbarukan, terutama pemanfaatan energi panas bumi. Ke depan, Kebijakan Energi Nasional menargetkan pemanfaatan energi baru terbarukan meningkat menjadi 23 persen pada tahun 2025," ungkapnya.
Indonesia harus bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada sumber energi fosil, dan memanfaatkan sumberdaya alam Indonesia yang berlimpah secara berkelanjutan.
Jenis sumber energi terbarukan yang dimiliki Indonesia cukup banyak, mulai dari biofuel, biomassa , panas bumi, air, angin, matahari, gelombang laut sampai dengan energi pasang surut air laut. Jika dikelola dan dimanfaatkan dengan baik diyakini dapat menggantikan energi fosil yang semakin terbatas.
Presiden menekankan agar program pengembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat segera berjalan, karena rakyat di seluruh pelosok Indonesia sudah menunggu. (Pew/Gdn)
Presiden Jokowi: Target Listrik 35 Ribu MW Tak Main-main
Presiden Joko Widodo memutuskan hingga akhir tahun 2015 program kelistrikan 35 ribu MW harus diselesaikan sekitar 3.793 MW.
Advertisement