Sukses

Jokowi: Ekonomi Tertekan, Saya Tak Bisa Simsalabim Atasi Ini

Jokowi menilai, apa yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masa transisi dari mesin pertumbuhan ekonomi.

Liputan6.com, Jakarta - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memastikan akan bersifat realistis dalam menghadapi gejolak ekonomi global yang turut berdampak pada ekonomi Indonesia, yang pada awal tahun ini hanya tumbuh sebesar 4,7 persen.

Jokowi menilai, apa yang dihadapi Indonesia saat ini adalah masa transisi dari mesin pertumbuhan ekonomi berbasis sektor komoditi dan konsumtif beralih ke industri yang memiliki nilai tambah dan bersifat produktif.

"Memang kita tidak bisa ambil jalan pintas, tidak ada peluru ajaib. Saya tidak bisa simsalabim masalah bisa teratasi, tidak bisa, dan masyarakat harus sadar itu," kata dia pada Sarasehan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) bersama Jokowi dengan tajuk 'Presiden Menjawab Tantangan Ekonomi' disiarkan langsung dari Jakarta Convention Center, Jakarta, Kamis (9/7/2015).

Upaya mengatasi ini dalam jangka menengah panjang, Jokowi mengaku akan membangun mesin pertumbuhan ekonomi yang baru berupa revolusi budaya manejemen‎. Dia pun mengingatkan para pengusaha untuk tidak terlalu fokus pada gejolak kurs rupiah yang terjadi.

Jokowi meminta kalangan usaha lebih kreatif dalam menciptakan sistem produksi yang lebih efektif sehingga dapat menekan biaya yang selama ini dikatakan kalangan pengusaha tergantung‎ dari pergerakan kurs.

‎"Mestinya harus bagaimana menekan biaya, bagaimana mengubah sistem produksi dan distribusi, kalau perlu mengubah desain supaya lebih efisien, kalau diperlukan itu, bukan mencari gampangnya kurs‎," tegas Jokowi.

Namun demikian, Jokowi mengaku untuk membangun mesin pertumbuhan yang baru tersebut memerlukan waktu yang tidak singkat. Sebab itu, dia meminta kepada seluruh elemen pengusaha baik dari swasta maupun BUMN untuk membantu mempercepat keluar dari masa transisi saat ini.

‎Seperti diketahui, turut hadir dalam acara silaturahmi ini, antara lain Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad, Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil, Kepala BKPM Franky Sibarani, Menteri PPN Bappenas Adrinov Chaniago, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Hariyadi Sukamdani dan beberapa pejabat lainnya. (Yas/Nrm)