Sukses

Pakai Aplikasi Asing, Warga RI Rogoh Rp 210 Triliun per Tahun

Aplikasi smartphone yang digunakan oleh masyarakat Indonesia berasal dari luar negeri sehingga untungkan industri software luar negeri.

Liputan6.com, Jakarta - Penggunaan aplikasi buat negara lain rupanya menyedot banyak biaya yang harus dibayarkan konsumen dan perusahaan telekomunikasi di dalam negeri.

Managing Director PT Gobsindo Utama, Sonny J Tendean mengatakan konsumen dan perusahaan telekomunikasi lokal harus membayar Rp 210 triliun per tahun untuk biaya transfer data telekomunikasi antara pengguna dengan server (bandwidth).

"Jadi industri telekomunikasi itu harus bayar sampai Rp 210 triliun per tahun untuk pemakaian bandwidth kita seperti untuk aplikasi Facebook, Whatsapp, Line," ujar Sonny di Kantor Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (10/7/2015).

Dia mengakui, saat ini aplikasi dalam smartphone yang digunakan oleh masyarakat Indonesia mayoritas berasal dari luar negeri. Namun tanpa didasari, hal tersebut lebih banyak menguntungkan industri perangkat lunak (software) dan perusahaan penyedia aplikasi di negara lain.

"Itu servernya bukan Indonesia, server Whatsapp di Amerika Serikat, Line di Jepang. Tanpa disadari bandwidth kita ke sana, kita akses bandwidth internasional, bukan ke lokal, berapa juta orang pakai aplikasi itu," kata dia.

Menurut Sonny, jika masyarakat Indonesia mengguna aplikasi produksi dalam negeri, maka biaya yang harus dikeluarkan dalam penggunaan aplikasi tersebut akan masuk ke industri aplikasi di dalam negeri. Hal tersebut akan membantu industri kreatif ini tumbuh berkembang di negeri sendiri.

"Kalau kita masukkan aplikasi lokal, server di Indonesia, jadi tidak perlu belanja bandwidth keluar. Walaupun pakai Telkomsel dan lain-lain untuk belanja bandwidth Indonesia, tapi di Indonesia free. Jadi masyarakat tidak ada masalah walaupun habis pulsa, pakai saja messager Imesh,  tidak ke internasional," jelas dia. (Dny/Ahm)

Video Terkini