Sukses

Awal Pekan, Rupiah Masih di Kisaran 13.300 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.278-13.316 per dolar Amerika Serikat.

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah tercatat masih berkutat di kisaran 13.300 per dolar AS pada awal pekan ini. Para investor tercatat masih mengambil aksi wait and see terhadap kesekapatan utang Yunani bersama para kreditornya.

Kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia, Senin (13/7/2015) menunjukkan nilai tukar rupiah mengalami koreksi sangat tipis ke level 13.309 per dolar AS. Rupiah hanya melemah 5 poin dari level 13.304 per dolar AS akhir peka lalu.

Sementara itu, data kurs valuta asing Bloomberg mencatat nilai tukar rupiah melemah dan menyentuh level 13.316 per dolar AS di awal pembukaan. Meski sempat melemah di awal pembukaan, rupiah tampak kembali berfluktuasi menguat.

Tak banyak menunjukkan pergerakan signifikan, nilai tukar rupiah masih berkutat di kisaran 13.278-13.316 per dolar AS.
Kekhawatiran terhadap nasib Yunani kembali meningkat setelah para pimpinan zona euro menolak memulai kembali diskusi utang Yunani. Hingga akhirnya, Yunani diberi waktu sampai Rabu pekan ini untuk melakukan perbaikan terhadap proposal permintaan dana bantuannya.

"Rupiah berpeluang melemah menyusul respons negatif para kreditor pemberi utang Yunani," terang ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia, Rangga Cipta.

Dia menjelaskan, rupiah sempat menguat akhir pekan lalu lantaran optimisme meningkatnya kemungkinan ketercapaian kesepakatan antara Yunani dan para kreditor. Namun tersendatnya diskusi tersebut membuat Euro melemah dan memperkuat nilai tukar dolar AS terhadap mata uang Asia.

Dari sisi internal, BI diperkirakan akan mempertahankan BI rate di level 7,5 persen pada pengumuman Selasa besok.

Sementara itu, Ekonom Bank Danamon Dian Eka Ayu menuturkan saat ini tidak terlalu banyak sentimen yang pengaruhi rupiah. Memang kalau sentimen global masih dari ketidakpastian penyelesaian utang Yunani. Sedangkan dari domestik, kebutuhan dolar Amerika Serikat (AS) masih cukup baik.

"Biasa kalau Mei dan Juni permintaan dolar tinggi untuk membayar utang dan dividen. Akan tetapi masuk Juli dan jelang Lebaran tekanan tidak terlalu tinggi. Suplai masih ada," kata Dian saat dihubungi Liputan6.com. (Sis/Ahm)

Video Terkini