Liputan6.com, Brussels - Eropa telah menawarkan Yunani dana talangan baru sekitar US$ 96 miliar setelah sepakat untuk memberlakukan reformasi ekonomi yang ketat di bawah pengawasan kreditor.
Penawaran dana talangan ini ketiga sejak 2010. Langkah penawaran dana talangan untuk mengamankan posisi Yunani di kawasan Euro. Jika negara tersebut tersingkir yang belum pernah terjadi sebelumnya akan mengguncang Eropa.
Baca Juga
"Para pemimpin Eropa setuju siap untuk memulai negosiasi (dana talangan baru)," kata Donald Tusk, yang memimpin pertemuan darurat dari negara-negara di kawasan Euro seperti dikutip dari laman CNN Money, Senin (13/7/2015).
Advertisement
Dari hasil pertemuan secara maraton sejak pekan lalu di Brussels, para pemimpin akhirnya menyepakati perjanjian setelah kepanikan yang dipicu dari langkah Yunani melakukan referendum sehingga menjauh dari program dana talangan sebelumnya. Keputusan Yunani itu telah membuat Yunani tidak mampu membayar utang kepada Dana Moneter Internasional (IMF), penutupan bank dan membuat ekonomi jatuh.
Yunani pun harus menghadapi pilihan menerima tuntutan kreditor, dan atau meninggalkan kawasan Euro. Di awal pekan ini, ada perubahan dengan pemimpin zona Euro akan memberikan dana segar sekitar US$ 96 miliar selama pemerintahan Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras berhasil menerapkan langkah-langkah penghematan dalam beberapa hari mendatang.
Hal tersebut memberikan setidaknya kesempatan berjuang bagi Yunani untuk memegang euro sebagai mata uangnya.
"Kesepakatan itu sulit," kata Tsipras usai menghadiri pertemuan puncak.
Kini sorotan beralih ke parlemen di Athena. Hal itu mengingat Tsipras telah mencari dukungan anggota parlemen melakukan referendum pada 5 Juli 2015. Kini pemerintah Yunani memiliki waktu hingga Rabu untuk menjadi Undang-undang sehingga sesuai tuntutan kreditor dengan meningkatkan pendapatan seperti meningkatkan penerimaan pajak, membatasi biaya pensiun dan lainnya.
Dengan ada kesepakatan itu mendorong bursa saham Eropa menguat. Indeks saham Stoxx Europe 600 naik 1,5 persen waktu London. (Ahm/Igw)