Sukses

Ini Cara Jokowi Sejahterakan Petani Sawit

Tujuan utama revitalisasi kebun rakyat ini sengaja untuk mengurangi pasokan atau suplai CPO.

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah melalui Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit menyatakan peremajaan atau revitalisasi kebun kelapa sawit (perkebunan rakyat) dapat mengerek harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO). Targetnya harga jual CPO dapat terangkat sampai level US$ 850 per metrik ton.

Direktur Utama BPDP Sawit, Bayu Khrisnamurti mengungkapkan, program prioritas Badan ini adalah meremajakan 2.000 hektare (ha) kebun kelapa sawit di Pekanbaru dan Jambi. Diharapkan dengan replanting ini produktivitas perkebunan rakyat itu akan meningkat 30 persen sampai 40 persen.

"Kami sadar, petani menanam kebun itu sudah dari 30 tahun lalu. Tapi sayangnya tidak ada prinsip keberlanjutan dan sertifikasi. Jadi peremajaan kebun ini didesain sesuai dengan persyaratan itu dan nantinya memudahkan petani," papar dia di kantor PIP, Jakarta, Selasa (14/7/2015).

Lebih jauh kata Bayu, tujuan utama revitalisasi kebun rakyat ini sengaja untuk mengurangi pasokan atau suplai CPO. Ini merupakan strategi pemerintah kembali mengangkat harga jual CPO di pasar. Seperti diketahui, harga CPO dan komoditas lain anjlok seiring melemahnya permintaan dari China.

"Peremajaan ini akan mengendalikan suplai CPO, karena sekarang situasinya berada pada kelebihan suplai. Itu akan mendongkrak harga. Dan kalau diremajakan, selama 4 tahun petani tidak nerima income, kami support petani dengan mekanisme lewat perbankan sehingga kekhawatiran itu bisa terjawab," jelasnya.

Mantan Wakil Menteri Perdagangan itu berharap harga jual CPO terkerek naik dari upaya tersebut ke level US$ 750 sampai US$ Rp 850 per metrik ton. Saat ini, harga CPO ada di titik terendah US$ 575 per metrik ton.

"Penyerapan biofuel di dalam negeri 5,2 juta Kiloliter (Kl) dalam satu tahun dengan skema peremajaan tersebut. Indonesia adalah pemain besar di sawit, dalam 3-4 tahun ke depan pasokan akan berkurang supaya harga naik," pungkas Bayu. (Fik/Gdn)