Liputan6.com, Jakarta - Kinerja neraca perdagangan Juni 2015 diprediksi akan tertekan laju impor yang meningkat. Para ekonom meramalkan surplus neraca perdagangan bulan keenam ini bakal lebih rendah dari realisasi Mei 2015 sebesar US$ 950 juta.
Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), Ryan Kiryanto mengatakan, surplus neraca perdagangan periode Juni ini akan anjlok menjadi US$ 350 juta karena impor membengkak.
"Ekspor relatif stabil, sementara impor membesar karena efek Lebaran Idul Fitri, di mana produsen banyak mengimpor bahan baku penolong," ujar dia saat berbincang di Jakarta, Rabu (15/7/2015).
Sementara Kepala Ekonom Mandiri Sekuritas Aldian Taloputra lebih optimistis meramalkan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2015. "Kami prediksi neraca perdagangan bulan lalu sebesar US$ 853 juta dan menjadi bulan ketujuh surplus terjadi secara berurutan," terang dia.
Menurut Aldian, kondisi kinerja ekspor Indonesia pada periode tersebut lebih positif meski nilai maupun volume impor mengalami peningkatan. Kenaikan ekspor terdorong dari perbaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) 4,7 persen MoM pada Juni dan harga batubara relatif stagnan.
"Kondisi itu didukung fakta bahwa kinerja ekonomi mitra dagang utama Indonesia berlanjut menguat pada Juni," ujarnya.
Sedangkan kinerja impor, lanjut dia, meningkat karena kenaikan permintaan yang tinggi pada impor barang konsumsi menghadapi puasa meski kenaikan itu relatif terlambat dibanding tahun sebelumnya.
"Penerimaan pemerintah dari cukai impor juga menunjukkan impor yang membaik. Secara keseluruhan, kami prediksi impor akan naik 3,3 persen MoM atau minus 23,4 persen YoY di Juni ini," tandas Aldian. (Fik/Ndw)
Impor Bengkak, Surplus Neraca Perdagangan Juni Menyusut
Kinerja neraca perdagangan Juni 2015 diprediksi akan tertekan laju impor yang meningkat.
Advertisement