Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said melakukan inspeksi mendadak (sidak) pada malam takbir Idul Fitri 1436H atau pada Kamis (16/7/2015) malam, ke Pusat kendali Distribusi bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero). Sidak tersebut untuk melihat kecukupan pasokan BBM pada Lebaran ini.
Setelah melakukan sidak, Sudirman mengatakan, dari pemantauan langsung, pasokan BBM menunjukan kondisi aman untuk lebaran dan libur panjang.
"Secara keseluruhan pasokan BBM kita aman, dan semoga masyarakat dapat berlebaran dan berlibur dengan nyaman tidak perlu khawatir ada kekurangan BBM," kata Sudirman dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (17/7/2015).
Dalam kesempatan yang sama, Sudirman juga menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan atas dedikasi seluruh karyawan Pertamina yang rela tidak berlibur karena harus melayani warga, baik di pusat pusat kendali, depot BBM, kapal kapal pengangkut.
"Pemerintah menyampaikan penghargaan yang tinggi kepada rekan-rekan karyawan dan Pimpinan Pertamina yang dengan penuh dedikasi telah mengorbankan hari liburnya demi kepentingan orang banyak," tuturnya.
Menurut Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang, sistem informasi teknologi pengendalian distribusi BBM Pertamina cukup canggih.Â
Dari ruang kendali dapat dipantau pergerakan 194 kapal melalui vessel tracking systems. Sebanyak 5.600 SPBU juga dipantau situasi stoknya melalui FSDMS (Fuel Sales and Distributions Management System).
"Sistem kendali ini menjangkau delapan wilayah operasi pemasaran, 112 depot utama dan distribusi, dan 33 Depot Pengisian Pesawat Udara," ungkap Bambang.
Selain Direktur Pemasaran Pertamina, hadir juga dalam sidak tersebut Direktur SDM Dwi Wahyu Daryoto beserta sejumlah Pimpinan senior Direktorat Pemasaran dan Niaga Pertamina.
Advertisement
Dievaluasi
Direktur Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mengatakan, kebutuhan BBM ketika mudik dan Lebaran meningkat drastis dan berpotensi menyebabkan kelangkaan di berbagai titik stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU).
Upaya mencukupi hal tersebut, Pertamina menambah impor kuota BBM dengan mengajukan kuota tambahan dengan dispensasi khusus di Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Dia menilai ini menjadi kewajiban Pertamina, di mana jika sampai terjadi kehabisan stok BBM jenis premium maka pemerintah melalui Menteri BUMN Rini Soemarno harus mengevaluasi perusahaan ini. Terutama di jajaran direksi, seperti Dirut Pertamina, Dwi Soejipto.
Menurutnya, jika kelangkaan terjadi tidak ada alasan apapun bagi Pertamina. Sebab mudik Lebaran bukanlah peristiwa dadakan tapi hal yang sudah pasti terjadi, tidak perlu diprediksi bahwa konsumsi pasti meningkat. Dengan demikian Pertamina sudah harus bisa menghitung peningkatan konsumsi BBM yang meningkat besar pada musim mudik.
“Pertamina sudah harus menyediakan dan menyiagakan truk tanki BBM dengan kapasitas besar di setiap SPBU sepanjang jalur mudik sebagai stok cadangan yang bergerak. Minimal 2 hari sebelum puncak mudik Lebaran mobil stok truk tanki tersebut sudah berada di titik SPBU jakur mudik mengantisipasi kemacetan," jelas dia.
Dia mengatakan ini karena sempat dikabarkan, impor minyak terkendala prosedur surveyor sehingga stok BBM di darat terutama di depo sangat kurang untuk kebutuhan Lebaran. Stok saat ini terdapat di kapal-kapal yang masih harus diturunkan ke darat dan kemudian didistribusikan ke depo kecil dan SPBU.
Namun, penurunan BBM tersebut terkendala gelombang besar yang melanda sebagian wilayah laut Jawa dan samudera Hindia serta wilayah laut lainnya, sehingga menghambat pembongkaran kapal tanker.
Adapun stok BBM nasional periode bulan Ramadan dan Lebaran (2 Juli sampai dengan 1 Agustus 2015) untuk premium mencapai 1.458.828 Kiloliter (17,8 hari). Minyak solar 1.468.521 Kiloliter (23,6 hari), Avtur 323,737 Kiloliter (25,4 hari), Pertamax 183,342 Kiloliter dan Pertamax plus 11.662 Kiloliter (37,6 hari).
Untuk region S&D III dan IV yang meliputi Jakarta, tegal hingga Pengapon, kementerian ESDM setidaknya telah menambah 11 jam operasional pengisian terminal BBM untuk mengantisipasi melonjaknya kebutuhan BBM di sektor hilir.
(Pew/Gdn)