Sukses

Ekonomi RI Lesu, Kondisi Bank Masih Lebih Baik Ketimbang 2009

Plt LPS, Fauzi Ichsan menuturkan, saat ini rasio kecukupan modal perbankan berada di kisaran 19 persen, lebih tinggi dari 2009.

Liputan6.com, Jakarta - Penyerapan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada semester II 2015 diharapkan mampu menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun ini.

Plt Direktur Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan mengatakan penyerapan anggaran yang digenjot pada sisa tahun ini, diharapkan pertumbuhan ekonomi masih bisa berada di atas 5 persen pada 2015.

"Memang kondisi ekonomi melambat. Tapi diharapkan semester kedua tahun ini daya serap APBN setengahnya bisa menjadi buffer pada pertumbuhan ekonomi 5 persen," ujar di Kediaman Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Jakarta, Sabtu (18/7/2015).

Dia menjelaskan, potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun masih ada. Namun, hal tersebut diharapkan tidak akan terjadi jika pemerintah mempercepat realisasi proyek pembangunan infrastruktur.

"Yang dikhawatirkan kalau pertumbuhan ekonomi turun sampai 4 persen. Tapi kemungkinan itu kecil, untuk sementara ini iya karena pemerintah lagi rencanakan proyek-proyek pembangunan infrastruktur. Supaya bisa lebih dipercepat tahun ini," kata dia.

Fauzi menilai, jika pun kondisi ekonomi memburuk pada tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, namun sektor perbankan diyakini masih akan tetap kuat.

Hal ini karena rasio kecukupan modal yang berfungsi untuk menampung risiko kerugian atau Capital Adequacy Ratio (CAR) perbankan saat ini masih terhitung lebih baik, bahkan jika dibandingkan krisis ekonomi pada 2008-2009.

"Namun kalau pun pertumbuhan ekonomi memburuk, kita sudah ada patokan di 2009 waktu ada resesi dunia pertumbuhan ekonomi Indonesia turun 4,5 persen. Namun NPL di perbankan masih relatif rendah di kisaran 3 persen, dan CAR bank masih di kisaran 17 persen saat itu. Sekarang, CAR perbankan lebih tinggi, di kisaran 19 persen. Jadi jauh lebih kuat daripada krisis keuangan global yang dulu. Kembali lagi, CAR tinggi sehingga bisa jadi buffer,"kata Fauzi. (Dny/Ahm)