Sukses

RI Tak Perlu Khawatir Tekanan Ekonomi Global

Plt LPS, Fauzi Ichsan menilai, ekonomi Eropa, AS dan Jepang masih baik dapat menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Liputan6.com, Jakarta - Ekonomi China melambat ditambah krisis utang Yunani dinilai tidak akan berdampak signifikan terhadap ekonomi Indonesia ke depan. Plt Direktur Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan mengatakan masalah Yunani relatif sangat kecil memberikan dampak pada Indonesia.

Terlebih lagi, masalah di negeri tersebut sudah terselesaikan dengan kesepakatan pengucuran bailout antara Eropa dengan Yunani dengan paket bantuan tiga tahun sebesar 86 miliar euro atau sekitar US$ 94 miliar.

"Isu Yunani sudah kira-kira terselesaikan dengan isu bailout. Prospek dolar juga kecil, karena kuatnya juga pada mata uang lain seperti Euro dan Yen. Pertumbuhan ekonomi global tahun ini lambat, komoditas harga mulai naik. Jadi dari sisi global, sebetulnya ancamannya mulai mengendur dibanding dua minggu lalu saat Yunani dinyatakan bangkrut," ujar Fauzi di Kediaman Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Jakarta, Sabtu (18/7/2015).

Untuk China, jika ekonomi negara tersebut masih melambat, maka hanya akan berdampak pada komoditas Indonesia yang diekspor ke negara tirai bambu tersebut.

"Kalau misalkan Cina turun cuma pada komoditas saja. Tapi kalau pun ekonomi China turun tidak akan memicu resesi ekonomi pada dunia. Karena lihat ekonomi global masih 7 persen. Kalau China melambat, ada Eropa, Jepang, Amerika Serikat (AS), mereka masih relatif bagus," kata dia.

Sementara itu, mengenai rencana bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) untuk menaikkan suku bunga dinilai juga tidak akan dilakukan dalam waktu dekat. Lantaran The Fed juga harus memikirkan kinerja ekspor AS.

"Karena dolar menguat pada Yen pada Euro otomatis dampaknya negatif pada ekonomi AS. Otomatis The Fed sebenarnya tanpa menaikkan suku bunga dampak pengetatannya sudah terasa pada dolar. Eksportir AS terpukul," ujar Fauzi. (Dny/Ahm)

Video Terkini