Liputan6.com, Jakarta - Plt Direktur Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Fauzi Ichsan menyatakan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) diperkirakan berkisar antara 2 persen hingga 3 persen pada akhir tahun 2015.
Namun, tingkat NPL ini bisa saja meningkat jika pemerintah tidak mampu mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen hingga akhir tahun.
Baca Juga
"Yah antara 2 persen-3 persen. Kembali lagi kalau pertumbuhan ekonomi melambat terus, NPL bisa naik lagi. Kalau pertumbuhan bisa di atas 5 persen otomatis NPL bisa ditekan di bawah 3 persen di semester kedua," ujar Fauzi di Kediaman Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman D Hadad, Jakarta, Sabtu (18/7/2015).
Advertisement
Selain pertumbuhan ekonomi, kenaikan NPL juga bisa didorong oleh beberapa faktor antara lain anjloknya harga komoditas serta lambatnya pembangunan infrastruktur.
"Ada alasan kenapa NPL naik, karena harga batu bara, kelapa sawit turun. Bank tersebut ekposurenya besar sekali jadi harus koreksi NPL. Ada yang karena pembangunan infrastruktur lambat, sementara konstruksi terhambat NPL naik. Jadi tiap bank beda-beda dengan eksposure yang beda-beda," lanjutnya.
Fauzi menilai, bagi perbankan yang memiliki ketergantungan besar terhadap fluktuasi harga komoditas dan terhadap keberlangsungan proyek pembangunan infrastruktur, maka harus berhati-hati terhadap lonjakan NPL.
"Bagi bank yang eksposure besar pada komoditas memang harus lakukan revisi NPL dan melakukan right issue, yang NPL besar. Tapi bagi bank yang kena ekposure karena infrastruktur, harapanya sama pembangunan infrastruktur sisa tahun ini dan tahun depan akan bisa membantu tekan NPL," kata dia.
Meski demikian, faktor yang paling mempengaruhi naik turunnya NPL ini yaitu pertumbuhan ekonomi. Oleh sebab itu, pada sisa tahun ini pemerintah diharapkan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih baik.
"Sekarang begini, faktor utama yang memicu NPL dan perlambatan kredit itu adalah perlambatan ekonomi, bukan tingginya suku bunga. Kalau pun suku bunga turun dan bersamaan pertumbuhan ekonomi turun belum tentu pertumbuhan kredit akan naik, karena kebutuhan kredit akan turun saat pertumbuhan turun. Jadi sekarang kuncinya adalah pertumbuhan ekonomi harus dipercepat, antara lain dengan pembangunan proyek infrastruktur," ujar Fauzi. (Dny/Ahm)