Liputan6.com, Singapura - Harga emas merosot ke level terendah dalam lebih dari lima tahun, dipicu prediksi kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dan China yang melaporkan cadangan logam mulianya.
Melansir laman Bloomberg, Senin (20/7/2015), harga emas turun 0,4 persen menjadi US$ 1.129,59 per ons, merupakan harga terendah sejak April 2010. Harga emas sempat merosot 2,5 persen pekan lalu, terbesar sejak Maret.
Baca Juga
Kepala Federal Reserve AS, Janet Yellen, mengulangi pernyataannya pekan lalu, bahwa siap untuk menaikkan suku bunga di tahun ini. Investor pun meninggalkan logam mulia karena tidak memberikan pembayaran bunga atau menawarkan pengembalian aset seperti investasi lainnya.
Sementara China mengungkapkan telah membeli emas lebih banyak sejak 2009. Cadangan devisa emas China hanya 1.054 ton pada April 2009 menjadi 1.658 ton pada akhir Juni 2015. Bertambah kurang lebih 60 persen dalam enam tahun terakhir. Namun angka ini lebih kecil daripada yang diperkirakan analis.
Advertisement
"Ini angka-angka yang mengecewakan, mencerminkan bahwa China tidak menambahkan cadangan emasnya sebanyak orang berpikir," menurut Natixis SA.
Dengan pembelian emas itu menunjukkan kalau China berusaha melakukan diversifikasi devisa sejak 2010. Karena itu, China lebih membeli banyak emas, dan meninggalkan dolar.
Akan tetapi, devisa China dalam mata uang asing terbesar di dunia mencapai US$ 3 triliun. Hingga akhir Juni, total cadangan dalam mata uang asing menjadi US$ 3,69 triliun dari periode Januari di kisaran US$ 3,84 triliun.
"Emas memiliki karakteristik risiko dan keuntungan unik, dan pada waktu tertentu bukan investasi buruk," tulis bank sentral China dalam situsnya. (Nrm/Igw)