Liputan6.com, Jakarta - Tradisi mudik yang terjadi setiap tahun bukan hanya bentuk perayaan Lebaran. Aktifitas mudik ke berbagai daerah memberikan dampak luar biasa terhadap perekonomian nasional, salah satunya peningkatan konsumsi yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi.
Pengamat Ekonomi dari Universitas Padjajaran, Bandung, Ina Primiana mengungkapkan, mudik sangat membantu perekonomian di daerah. Pada akhirnya, berkontribusi terhadap ekonomi nasional. Hal ini sudah berlangsung selama berpuluh-puluh tahun lamanya.
"Di sepanjang jalan yang dilewati pemudik, roda perekonomian berjalan karena pemudik membelanjakan uangnya untuk makanan, jajan, wisata, hiburan dan buat oleh-oleh. Semua itu konsumsi masyarakat yang berdampak besar buat ekonomi kita," tutur dia.
Belum lagi uang yang dikirimkan dari para Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk orangtua atau sanak saudara di Tanah Air, akan memicu peningkatan aktifitas transaksi di perbankan. Dan uang yang dikirimkan tersebut kemudian dibelanjakan lagi di Indonesia.
Informasi seputar dampak mudik ke ekonomi Indonesia menjadi artikel yang paling diburu masyarakat. Tak hanya itu, berita lainnya yang menarik yaitu tanda-tanda Anda bisa jadi pengusaha sukses, serta proyek kereta super cepat Shinkansen.
Advertisement
Lengkapnya berikut lima artikel paling populer di kanal bisnis Liputan6.com edisi Selasa, 22 Juli 2015:
1. Dahsyatnya Efek Mudik ke Ekonomi RI
Masyarakat Indonesia terutama kalangan menengah ke bawah rela menghabiskan Tunjangan Hari Raya (THR) untuk mudik dan belanja di momen Lebaran. Mereka, lanjutnya, kerap hanya menyisakan uang untuk bertahan hidup beberapa hari sebelum upah bulanan diterima.
"Transaksi uang saat Lebaran tuh besar sekali, karena biasanya mereka jajan terus. THR yang diterima pun naik setiap tahun karena penyesuaian gaji," ujar Ina.
2. Tanda Anda Ditakdirkan Jadi Pengusaha Sukses
Disadari atau tidak, kita semua adalah pengusaha. Setiap hari kita melakukan kegiatan yang dilakukan para pengusaha, seperti bersolek supaya terlihat cantik atau tampan, bernegosiasi dengan teman kita atau rekan kerja kita saat akan mengambil keputusan.
Setiap orang tentu ingin menjadi bos bagi dirinya sendiri dan menikmati kebebasan. Namun, tidak semua orang bisa menjadi pengusaha sejati.
Para pengusaha merencanakan tujuan, serta proyeksi perkembangan bisnisnya, seperti tenggat waktu proyek, prediksi pendapatan, dan mereka ingin berada pada 3 bulan, 1 tahun, dan 5 tahun ke depan.
3. Kapan Indonesia Punya Kereta Super Cepat Shinkansen?
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan idealnya pembangunan kereta api (KA) super cepat alias Shinkansen di Indonesia baru bisa terealisasi jika pendapatan per kapita penduduk sudah menyentuh US$ 10 ribu. Saat ini pendapatan per kapita masyarakat masih US$ 4.700.
4. Miliarder Ini Rela Rogoh Rp 1,3 Triliun Demi Cari Alien
Yuri Milner, seorang pengusaha internet yang juga merupakan miliarder asal Rusia mengaku siap menggelontorkan dana sebesar US$ 100 juta atau Rp 1,3 triliun selama 10 tahun ke depan untuk mencari keberadaan alien di alam semesta.
Lelaki berusia 53 tahun ini bergabung dengan Stephen Hawking untuk mengumumkan proyek bernama 'Breakthrough Listen'. Milner sangat percaya keberadaan alien atau makhluk eksterestrial tersebut benar adanya.
5. Alasan Warga Desa Tergiur Adu Nasib ke Jakarta
Musim libur lebaran berakhir, arus balik para pemudik berbondong-bondong meninggalkan desa kelahirannya menuju kotanya masing-masing untuk kembali bekerja seperti sediakala. Tidak jarang mereka juga membawa serta sanak saudara atau teman yang ingin mengadu nasib di kota-kota besar.
Untuk Jakarta yang menjadi tujuan utama, setiap tahunnya sekitar 60 ribuan pendatang baru atau 10 persen dari jumlah pemudik asal Jakarta. Padahal belum tentu mereka memiliki keahlian kerja yang dibutuhkan.
Kondisi ini mendapat perhatian serius dari Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Mendesa PDTT) Marwan Jafar.
“Arus urbanisasi dari desa ke kota setiap habis musim lebaran ini akan terus terjadi, selama desa belum mampu menyediakan peluang kerja atau kesempatan usaha bagi warga desa dengan penghasilan yang layak untuk hidup sejahtera” papar Marwan. (Ndw/Gdn)