Liputan6.com, Jakarta Pemerintah menegaskan masyarakat tidak perlu khawatir terhadap nilai tukar rupiah yang masih betah bertengger di level 13.000-an per dolar Amerika Serikat (AS). Hal ini seiring pernyataan Bank Indonesia (BI) yang menyebut rupiah sudah di bawah harga riil (Riil Effective Exchange Rate/REER) alias undervalue.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil mengatakan, pergerakan kurs rupiah di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini masih dalam batas wajar sehingga tak perlu heboh dengan kondisi tersebut.
"Walaupun orang mengatakan nilai rupiah undervalue, tapi naik turunnya rupiah masih wajar. Saya pikir tidak menjadi masalah besar, meski soal rupiah selalu menjadi pembicaraan yang menarik," jelas dia usai acara Halal Bihalal di kantornya, Jakarta, Kamis (24/7/2015).
Diterangkan Sofyan, rupiah bergolak karena faktor ketidakpastian, diantaranya krisis Yunani, spekulasi kebijakan penyesuaian suku bunga acuan The Federal Reserves serta fenomena penguatan dolar AS terhadap seluruh mata uang akibat pemulihan ekonomi di AS.
"Selama pelemahan rupiah masih dalam batas wajar, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Bukan masalah yang harus selalu dibesar-besarkan," ujarnya.
Bank Indonesia, kata dia, selalu memonitor dan mengawasi pasar uang, termasuk melakukan intervensi apabila diperlukan. Sementara pemerintah, lanjutnya, berupaya menjaga stabilisasi kurs rupiah melalui kebijakan fiskal.(Fik/Nrm)
Menko Sofyan: Rupiah Undervalue Bukan Masalah Besar
Menko menilai ergerakan kurs rupiah di tengah gejolak ekonomi dunia saat ini masih dalam batas wajar sehingga tak perlu heboh.
Advertisement