Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) resmi mengujicoba pemasaran Pertalite di 101 Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Sayangnya, pengusaha taksi enggan menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dengan kadar Oktan 90 untuk armada taksi regulernya.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Organda DKI Jakarta, Shafruhan Sinungan mengungkapkan, armada taksi saat ini ada dua jenis, yakni taksi reguler dan taksi premium.
Taksi reguler selama ini, dijelaskannya, mengkonsumsi Premium. Sedangkan taksi kelas premium atau kelas atas sudah menggunakan BBM jenis Pertamax. Tapi ada juga taksi mahal yang mengkonsumsi bahan bakar RON 88.
"Kalau buat pengusaha taksi reguler, Organda menyarankan untuk tidak membeli atau menggunakan Pertalite di armada taksinya," tegas Shafruhan saat berbincang dengan Liputan6.com, Jakarta, Jumat (24/7/2015).
Dia beralasan, apabila taksi reguler beralih dari konsumsi Premium ke Pertalite dengan harga lebih mahal Rp 8.400 per liter, maka akan berdampak pada kenaikan tarif. Hal ini sangat merugikan pengusaha maupun penumpang di tengah kondisi ekonomi sulit saat ini.
"Kalau pakai Pertalite, bisa mempengaruhi tarif taksi, baik saat buka pintu dan tarif per kilometer (km). Jika Pertalite lebih mahal Rp 1.000 per liter dari harga Premium, kenaikannya juga sebesar itu. Ini sangat merepotkan masyarakat," jelasnya.
Shafruhan menyarankan kepada pengusaha taksi reguler agar tidak menggunakan Pertalite untuk sementara ini, termasuk untuk taksi kelas premium yamg biasanya menggunakan mobil jenis Alphard dan Camry, yang sudah terbiasa mengkonsumsi Pertamax karena menyangkut performa mesin.
"Ada kemungkinan juga taksi premium beralih dari Pertamax ke Pertalite. Tapi karena ini terkait dengan performa mesin, Organda sarankan untuk tetap tidak pakai Pertalite," pungkasnya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Communication Pertamina, Wianda Pusponegoro mengatakan Pertalite memiliki kelebihan dari sisi kualitas. Spesifikasi Pertalite lebih tinggi dari spesifikasi kandungan sulfur dan stabilitas oksidasi yang diterapkan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM).
"Lebih tinggi dari RON 90 yang disyaratkan spesifikasi minyak bensin RON 90 KESDM tahun 2013," kata Wianda saat berbincang dengan Liputan6.com.
Spesifikasi BBM RON 90 yang ditetapkan Ditjen Migas memiliki kandungan sulfur maksimal 0,05 persen sedangkan Pertalite sangat rendah 0,018 persen. "Stabilitas oksidasi minimal 360 menit. Pertalite malah 480 menit," kata Wianda.
Selain di sisi kualitas spesifikasi, Pertalite memiliki keunggulan dari sisi harga. Pertalite dengan kadar RON 90 lebih tinggi dari premium RON 88 tetapi harganya lebih rendah ketimbang Pertamax. "Harganya lebih rendah dari Pertamax," ujar Wianda. (Fik/Gdn)
Pengusaha Taksi Disarankan Tak Gunakan Pertalite
Organda DKI Jakarta menyarankan kepada pengusaha taksi reguler agar tidak menggunakan Pertalite untuk sementara ini.
Advertisement