Liputan6.com, Jakarta Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengungkapkan bahwa dalam 2 bulan pertama setelah pemerintah memcabut subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM), negara bisa melakukan penghematan anggaran. Namun karena harga minyak dunia mengalami kenaikan, maka negara kembali tak bisa berhemat.
Sudirman menjelaskan, setelah mencabut subsidi BBM untuk Premium dan menetapkan subsidi tetap pada Solar dan didukung dengan penurunan harga minyak dunia, negara banyak berhemat anggaran. Dalam dua bulan pertama, penghematannya mencapai Rp 600 miliar.
"Setelah dihitung-hitung, 2 bulan pertama ketika kebijakan ini jalan, ada positif Rp 600 miliar," kata Sudirman, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (24/7/2015).
Namun menurut Sudirman, penghematan tersebut hanya berlangsung singkat. Pasalnya, harga minya dunia mengalami kenaikan. Bahkan karena kenaikan tersebut, Pertamina mengalami kerugian karena Pemerintah tidak menaikan harga BBM "Tapi bulan berikutnya harganya terus naik, jadi membuat Pertamina menderita kerugian," tuturnya.
Oleh sebab itu, ketika harga minyak dunia sedang mengalami penurunan pemerintah tidak ikut menurunkan harga BBM. Pasalnya, untuk menutup kerugian Pertamina tersebut.
"Kalaupun itung-itungannya harga keekonomian lebih tinggi atau rendah, kita akan jaga untuk mengkompensasi kerugian Pertamina. Ini sejalan dengan ide dana stabilitas BBM. Idenya itu kita akan punya bemper baik atas maupun bawah," pungkasnya.
Untuk diketahui, Pada juni 2014 lalu harga minyak dunia masih berada di kisaran US$ 110 per barel. Harga tersebut tumbang pada awal 2015 hingga ke level US$ 45 per barel. Saat itu, pemerintah menetapkan untuk menghilangkan subsidi. Namun beberapa bulan setelahnya hingga saat ini, harga minyak dunia naik ke level US$ 65 per barel. (Pew/Gdn)
Subsidi BBM Dicabut, Negara Sempat Hemat Rp 600 Miliar
Pada juni 2014, harga minyak dunia berada di US$ 110 per barel. Harga tersebut tumbang pada awal 2015 hingga ke level US$ 45 per barel.
Advertisement