Liputan6.com, Jakarta - Bank sentral Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan akan menaikkan suku bunganya (Fed Rate) pada tahun ini. Akan tetapi belum dipastikan secara pasti kapan kenaikan suku bunga The Fed.
Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menuturkan dampak dari kenaikan Fed Rate adalah semakin menguatnya dolar, dan diprediksi melemahkan nilai tukar mata uang negara lain.
"Ada pernyataan yang mengatakan Fed Rate akan naik tahun ini dan otomatis akhirnya dolar AS akan menguat. (Pelemahan) Itu terjadi di semua mata uang‎," kata Bambang, di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (24/7/2015).
Advertisement
Bambang menjelaskan, saat ini memang terjadi fenomena global yang melemahkan mata uang hampir di semua negara. Bahkan, negara-negara yang tidak terpengaruh pun juga terkena imbas.
"Intinya memang fenomena global, di mana beberapa mata uang yang biasanya tahan terhadap penguatan dolar juga tetap mengalami ‎pelemahan. Contoh Thailand Bath dan Filipina, biasa keduanya tidak terpengaruh sekarang terdepresiasi atas pernyataan itu (Fed Rate akan naik)," tegas Bambang.
Sejak 2014, Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve (The Fed) terus mengeluarkan sinyal-sinyal untuk segera menaikkan suku bunga pada 2015 ini. Namun memang langkah tersebut tertunda karena belum didukung dengan perbaikan ekonomi secara penuh.
Di rencana awal, jika data-data ekonomi mendukung, The Fed akan menaikkan suku bunga pada pertengahan tahun ini. Namun langkah tersebut urung dilakukan karena masih ada data yang tidak mendukung.
Dalam pernyataannya di depan anggota kongres pada pekan lalu, Yellen tetap ngotot akan menaikkan suku bunga di tahun ini. Namun memang, rencana tersebut akan disesuaikan dengan risiko turbulensi ekonomi dari luar yaitu krisis di Yunani dan penurunan pertumbuhan ekonomi di China. Presiden Bianco Research Jim Bianco menjelaskan, The Fed ingin segera menaikkan suku bunga karena tak ingin pasar terdistorsi.
"Belakangan ini yang menjadi dasar The Fed adalah stabilitas keuangan," jelas Bianco.
The Fed tak ingin pasar terlalu nyaman dengan stimulus sehingga menjadi terbiasa. Oleh sebab itu, The Fed sejak 2012 kemarin mulai mengeluarkan kebijakan pengendalian stimulus agar pelaku pasar kembali tergerak dengan menggunakan tenaga mereka sendiri mendorong pertumbuhan ekonomi. (Silvanus A/Ahm)