Liputan6.com, Jakarta - Setelah membangun terminal semen di Lampung, Sumatera Selatan, PT Holcim Indonesia Tbk, belum berniat lagi untuk membangun tempat penampungan semen di wilayah lain.
Direktur Keuangan Holcim Indonesia, Kent Carson mengatakan, perseroan belum akan membangun tempat penampungan baru setelah melihat kondisi ekonomi dan permintaan semen di dalam negeri.
"Kami lihat lagi pasar lain melihat demand dan supply, kami akan terus opportunistic dan melihat secara jangka panjang. Tapi belum ada rencana dalam waktu dekat, baru di Sumatera saja," ujarnya di Kantor Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Jakarta, Jumat (24/7/2015).
Terlebih, saat ini Holcim telah merampungkan pabrik semen barunya di Tuban, Jawa Timur, yaitu pabrik Tuban 2 dengan nilai investasi sebesar US$ 300 juta.
"Kami melihat peluang-peluang yang ada, tapi setelah kami menghabiskan US$ 850 juta (total investasi pabrik Tuban 1 dan Tuban 2), sepertinya lebih baik bagi kami untuk mengoptimalkan yang sudah ada terlebih dahulu. Kami lihat peluang-peluang yang ada di negara ini. Kami di sini secara jangka panjang dan kami pertimbangkan investasi dengan siklusnya up and down apa tidak," kata dia.
Kent menjelaskan, untuk membangun terminal semen juga membutuhan investasi yang besar. Hal tersebut tergantung pada kapasitas dan lokasi dari terminal itu sendiri. Dengan investasi yang besar ini, maka untuk membangun terminal baru perlu diperhitungkan matang-matang.
"Besarnya terminal semen tergantung dari seberapa besar mau bangun dan di mana membangunnya. Mungkin (investasi) sebesar US$ 15 juta-US$ 30 juta atau bahkan bisa sampai US$ 35 juta. Kita memang mengincar pasar itu karena memang sangat menjanjikan di Sumatera. Dan supaya nggak over capacity di Jawa," tandasnya.
Merger
Holcim Indonesia akan mengikuti langkah perusahaan induknya, Holcim Ltd, yang melakukan merger dengan perusahaan semen mulitinasional asal Perancis yaitu Lafarge. Kent mengatakan, rencananya pada akhir tahun rencana merger tersebut akan terlaksana sehingga pada awal tahun depan PT Holcim Indonesia sudah merger dengan anak usaha Lafarge di Indonesia yaitu Lafarge Cement Indonesia.
"Semoga akhir tahun. Pemerintah pun juga belum clear jelaskan prosesnya. Kita ada langkah mungkin awal tahun kita bersama," ujarnya.
Aaat ini proses merger tersebut masih berlangsung. Namun sayangnya ada sedikit hambatan lantaran status kedua perusahaan yang berbeda dimana PT Holcim Indonesia telah go public atau Tbk sedangkan Lafarge Cement Indonesia belum.
"Yang merger kan globalnya, kita masih on going. Kan kita Tbk, sementara Lafarge bukan Tbk. Kita pelajari dengan tim legal IDX dan IJK untuk merger locally," lanjut dia.
Kent juga belum bisa memastikan bentuk PT Holcim Indonesia nantinya setelah proses merger selesai, apakah lembur dengan Lafarge atau tetap menjadi perusahaan tersendiri.
"Direksi dari grup nggak ada perubahan. Tapi mungkin legal entity saja. Masih belum jelas jenisnya bagaimana, kita mau akuisisi atau bagaimana juga belum jelas. Lagi dieksplor opsi-opsinya," tandas dia. (Dny/Gdn)
Ekonomi Melambat, Holcim Pikir Ulang untuk Bangun Terminal Semen
Holcim Indonesia akan mengikuti langkah perusahaan induknya, Holcim Ltd, yang melakukan merger dengan Lafarge.
Advertisement