Liputan6.com, Jakarta - Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyindir pemerintah Indonesia yang hanya diam dengan rencana Negara tetangga, Malaysia membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Kalimantan. Meski bukan di wilayah NKRI, namun dampaknya bisa mengarah ke Negara ini.
Ketua Umum API, Ade Sudrajat mengungkapkan, ongkos energi dalam struktur produksi tekstil cukup besar, terutama biaya listrik yang dikenakan tarif US$ 10 sen per KwH dibanding negara lain.
"Biaya listrik memang mahal, tapi Alhamdulillah masih anti nuklir," ujar dia saat mengisi Seminar CORE 2015 Mid-Year Review Managing Economic Slowdown di Jakarta, Selasa (28/7/2015).
Vietnam, katanya, sudah membangun delapan PLTN bukan Uranium. Sedangkan Indonesia sudah mempunyai reaktor nuklir di Bandung dan Serpong untuk kepentingan penelitian dan medis.
"Tapi celakanya Malaysia mau bangun pembangkit nuklir di Kalimantan. Mau beli listrik langsung dari Malaysia tinggal pasang kabel, tapi itu dampaknya (PLTN) pasti ke kita. Jadi itu kitanya yang pintar atau bodoh ya?," sindir Ade.
Sebelumnya, rencana pembangunan PLTN oleh Malaysia di Kalimantan pernah diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Indroyono Soesilo. "Malaysia mau bangun nuklir di Kalimantan tapi bukan di halaman kita (Indonesia) tapi di wilayah dia di Kalimantan (Borneo)," kata dia. (Fik/Ndw)
Pengusaha RI Gemas Lihat Malaysia Bangun PLTN di Kalimantan
Asosiasi Pengusaha menyindir pemerintah Indonesia yang hanya diam dengan rencana Malaysia membangun PLTN di Kalimantan.
Advertisement