Sukses

Perbankan RI Tetap Kuat Meski Rupiah Terpuruk

LPS menyatakan kondisi perbankan nasional masih dalam kategori aman meski rupiah terus melemah.

Liputan6.com, Jakarta - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyatakan kondisi perbankan nasional masih dalam kategori aman walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus tertekan hingga menyentuh level 13.400. Ada alasan yang membuat bank-bank di Indonesia kuat dari hantaman pelemahan kurs rupiah.

Anggota Dewan Komisioner sekaligus Pelaksana Tugas Kepala Eksekutif, Fauzi Ichsan mengungkapkan, Indonesia sangat beruntung keadaan perbankan nasional saat ini jauh lebih baik dibanding periode 2008-2009.

Dari catatannya, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) bank saat ini berada di level 20 persen dan kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) 2,5 persen. Sementara di periode 2008-2009, CAR diposisi 17,5 persen.

"Kalaupun rupiah terus melemah, kondisi perbankan relatif kuat meng-absorb rupiah. Jadi kondisi bank kita relatif masih aman," tegas dia saat ditemui di kantor Bappenas, Jakarta, Rabu (29/7/2015).

Mantan Kepala Ekonom Standard Chartered Bank ini menjelaskan alasan perbankan nasional membukukan CAR tinggi karena perbaikan di masa lalu, saat krisis perbankan di 1998.

"Saat itu, bank-bank Indonesia betul-betul direstrukturisasi. Aset-aset buruk perbankan diambil BPPN dan perbankan rekapilitas oleh negara. Di satu titik, 90 persen perbankan nasional di nasionalisasi paska krisis 1998," terang Fauzi.  

Perbankan nasional, lanjutnya, menjadi sektor yang sangat pruden setelah Bank Indonesia (BI) sebagai pengawas dan regulator melakukan reformasi. Dan terus dilanjutkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Kata Fauzi, perbankan masih sanggup mencetak Net Interest Margin (NIM) selama pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas level 4 persen. Sedangkan ekonomi nasional bertumbuh 4,7 persen di kuartal I 2015, dan pertumbuhan ekonomi dunia 3 persen.

"Artinya selama rupiah menguat terhadap Yen, Euro dan mata uang asing lainnya, maka penguatan dolar AS masih dapat diterima, masih bisa dimengerti. Pelemahan rupiah masih dalam batas wajar. Yang penting ada pertumbuhan ekonomi 4,7 persen dengan harapan meningkat di atas 5 persen," tandas Fauzi. (Fik/Ndw)
   Â