Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menargetkan nilai perdagangan dengan Turki bisa mencapai US$ 5 miliar pada 2019. Melalui peningkatan kerjasama perdagangan dan memanfaatkan posisi strategis Turki, Indonesia juga berharap bisa memperluas pasar produk dalam negeri hingga ke kawasan Uni Eropa dan Asia Barat.
Hal tersebut diungkapkan Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel usai menghadiri Business Forum Indonesia-Turki yang digelar pada Sabtu (1/8/2015) di Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta. "Akan jadi US$ 5 miliar sampai 2019. Saat ini sekitar US$ 1,4 miliar," ujar dia.
Di bidang perdagangan, Turki merupakan negara mitra dagang Indonesia ke-7 di kawasan Eropa dengan total perdagangan pada 2014 mencapai US$ 2,47 miliar. Surplus perdagangan Indonesia dari Turki mencapai US$ 415 juta. Meski demikian, selama ini volume perdagangan ekspor dan impor antara Indonesia dan Turki dinilai masih relatif kecil.
Advertisement
"Kita akan lihat kekuatan produk kita yang bisa diisi produk Turki. Dan bukan hanya ke Turki saja, mungkin ke daerah-daerah lain, entry dari Turki," lanjut dia.
Adapun produk ekspor utama Indonesia ke Turki antara lain karet alam, serat sintetis, minyak sawit, sandal, sepatu dan tekstil. Sementara Turki banyak mengekspor terigu ke Indonesia.
Indonesia dikatakan bisa menawarkan berbagai macam ekspor produk jadi ke Turki, mulai dari tekstil, alas kaki, kerajinan, furnitur, sampai berbagai macam produk makanan dan minuman olahan.
Selain diversifikasi negara tujuan ekspor, Turki bisa menjadi rekan bisnis dalam impor. Selama ini Indonesia mengalami ketergantungan impor gandum dari Amerika Serikat. Kerjasama bisnis ini memungkinkan ada alternatif negara pengimpor gandum ke Indonesia.
Sementara di bidang investasi, total nilai investasi Turki ke Indonesia pada 2014 mencapai US$ 64,1 juta dalam 29 proyek. Angka itu meningkat signifikan dari US$ 11,7 juta pada 2013 dengan 22 proyek. Di bidang pariwisata pada 2014 terdapat sekitar 6.000 wisatawan Turki berkunjung ke Indonesia.(Dny/Nrm)